Untukmu
sahabatku yang menetap di hati,
Maaf untuk keterlambatanku mengirimkan surat
ini. Bukan salah pak pos, salahkulah yang tidak mampu menyisihkan waktu
untukmu.
Sahabatku, Aderita yang jika bertemu sering
memekakkan telingaku dengan teriakan heboh namun bertahun-tahun berjauhan
darimu membuatku merindukannya. Aku rela harus menemui dokter THT asalkan hari
ini bisa duduk di sebelahmu. Bercerita tentang semua kisah yang tidak lagi kita
bagi.

Berapa tahun kita tak bertemu? 3 tahun? Selama
itu kita memang tak saling tatap, tapi aku selalu tahu bahwa ketika hatiku
terlalu penuh, ada satu telinga yang siap menampung semuanya. Yang jika
kuhubungi tengah malam ia akan tetap mengangkatnya dengan suara menahan kantuk.
Yang saat menyadari bahwa tangisku tengah tertumpah seketika membelalakkan mata
dan menguaplah seluruh kantuknya.
Aku merindukanmu. Merindukan pelukanmu yang
tidak pernah diiring kata, “Ada apa?” seperti yang dilakukan oleh semua orang.
Sebab kamu tahu bahwa terkadang aku hanya membutuhkan sebuah pelukan yang
menguatkan, yang mengingatkanku bahwa aku tak sendiri.
Aku merindukanmu, yang dengan tenang
menemaniku berteriak di tepi Pantai Losari saat semua kegilaan dunia membuatku
nyaris ikut menggila. Aku tahu kamu sebenarnya malu, namun selalu ada moment
pemakluman dalam persahabatan kan? 😀
Aku tidak pernah tahu, sudahkah aku menjadi
sahabat yang baik bagimu. Akankah kau tetap mempercayakan cerita-ceritamu
padaku yang sering kali kujawab dengan pedas. Yang sering kali membuatmu
berkata, “Apa aku separah itu?” Ade, tahukah kamu? Aku hanya mencoba menjadi
yang bisa mengimbangimu. Jika seluruh dunia memujimu namun bercerita tentang
keburukanmu di belakang punggungmu, maka percayalah aku adalah orang yang akan
mengatakan hal-hal yang perlu kamu perhatikan. Mencegahmu melakukan hal yang
bisa melukaimu. Sebab aku tahu bahwa kamu sosok yang rapuh dan sering kali
merasa sendirian. Sebab pujian kadang terlalu melambungkanmu dan kesedihan
sering kali menenggelamkanmu.
Maka ingatlah, saat kamu merasa kehilangan
dirimu, kamu bisa bertanya padaku dan kan kukatakan semua kebaikan hatimu,
kekuatan dna ketegaranmu. Akan kusampaikan semua kekurangan yang bisa membuat
orang menjatuhkan semata demi membantumu membangun benteng pertahanan terbaik.
Dan ingatlah saat semua orang menghakimimu, aku akan berdiri di sebelahmu
menemanimu menghadapi dunia, dan sesekali menjadi tameng pelindungmu saat kamu
merasa terlalu lemah.
Sahabatku, aku mencintaimu karena Allah. Sebab
 ingatkah kau apa yang mendekatkan kita? Ya,
sebuah majelis yang membuat kita mengenal Rabb kita, Rasul kita, dan agama
kita.
Sekali lagi aku mencintaimu karena Allah. Dan
sering kali kubisikkan rinduku dalam pintaku padaNya.
Semoga kita bisa segera bertemu kembali.
With Love
Atria
foto selfie terakhir kita di 2012
https://pbs.twimg.com/media/B7XM6XnCIAEhtyB.png:large