“Jika
suatu hari perasaan takutmu itu muncul lagi, kamu harus ingat kalau aku akan
selalu ada di sisimu” (hal. 262)
24502706
Penulis:
Nathalia Theodora
Penyunting:
Dyah Utami
Penyelaras
akhir: Sasa
Perancang
Sampul: Fahmi Fauzi
Ilustrasi
sampul: Fahmi Fauzi
Penata
Letak: Tri Indah Marty
Penerbit:
Moka Media
Cetakan:
Pertama, 2014
Jumlah
hal.: iv + 260 halaman
ISBN:
979-795-944-9
Namaku
Violet. Adalah takdirku menjadi Makary, menjaga dunia kami tetap ada. Karena
jika kami mati, monster penghancur dunia akan bangkit. Kami pernah hancur dan
takkan pernah membiarkannya terulang kembali.

Lalu aku bertemu dengannya, Jesse. Ia begitu indah, begitu sempurna. Bersamanya
aku bebas. Bersamanya aku menemukan kebahagiaan yang tak pernah kurasakan.
Tetapi dapatkah aku memercayainya?

Ia adalah bagian dari Suku Gruev, bangsa yang ingin menghancurkan kami,
membangkitkan monster itu.

Ia
adalah android.
Dan
ia, diciptakan untuk membunuhku.
***
Saat
membaca novel romance sci-fi ini,
terlintas sebuah pemikiran. “Ini adalah Romeo & Juliet versi modern”. Jika dalam drama Romeo & Juliet
yang diceritakan Shakespeare yang berseteru adalah keluarga Capulet dan Montague,
maka dalam cerita ini yang berseteru adalah suku Makaros dan Suku Gruev.
Romeo & Juliet (sumber foto di sini)
Dikisahkan
bahwa kedua suku ini berseteru karena ambisi suku Gruev untuk menguasai dunia.
Suku Gruev berusaha menguasai dunia dengan memanfaatkan seekor monster raksasa
yang sedang tidur entah dimana. Namun suku Makaros diberi kemampuan untuk tetap
memastikan monster tersebut terus tertidur. Sayangnya, dalam setiap generasi
ada delapan belas tahun yang disebut sebagai Waktu Kosong. Di masa ini suku
Makaros kehilangan kemampuannya untuk membuat monster tersebut tetap tidur. Hingga
dibuatlah sebuah jalan keluar dengan menjadikan 13 orang anak sebagai kunci
yang memastikan monster tersebut tetap tidur. Ketiga belas orang anak tersebut
disebuat Makary. Selama ketiga belas orang anak ini tetap hidup, maka sang monster
akan tetap tertidur selama Waktu Kosong tersebut. Setelah itu, kemampuan Suku Makary
untuk mengunci monster tersebut akan kembali hingga Waktu Kosong berikutnya.
Itulah yang menyebabkan keselamatan Makary sebagai prioritas utama. (Hal. 27
-29)
Tokoh
utama dalam cerita ini bernama Violet. Ia adalah seorang Makary. Itu sebabnya
ia pun menjadi sasaran kejahatan suku Gruev. Sejak kecil, karena darah Makary
yang dimilikinya, ia harus selalu berada dalam lindungan dan pengasingan. Ini untuk
mencegah suku Gruev mengetahui keberadaan Violet dan 12 orang Makary lainnya.
Hingga suatu hari Violet bertemu dengan Jesse. Jesse adalah seorang Alpha.

Alpha
adalah sebutan bagi android buatan suku Gruev. Suku Gruev membuat dua jenis
android untuk menyerang suku Makaros. Yang pertama adalah Beta atau Blue
Android. Beta ini diciptakan memiliki bentuk seperti manusia dan berjalan
sesuai program yang dibuat oleh suku Gruev. Kemudia ada pula Alpha atau Red
Android. Secara fisik Alpha mirip dengan Beta. Bedanya adalah kemampuan Alpha
satu tingkat lebih tinggi daripada Beta. Ini karena dalam Alpha ditanamkan
kecerdasan berpikir sendiri dan perasaan yang bisa berkembang sendiri. Ini membuat
Alpha semakin mirip dengan manusia.
Dengan
kemampuannya ini, Jesse yang merupakan seorang Alpha, menjalin kedekatan dengan
Violet secara diam-diam. Mereka bertemu di hutan tanpa pengetahuan seorang pun.
Hanya Debra, sahabat Violet yang juga seorang Makary, yang mengetahui hubungan
keduanya.
Hingga
suatu hari terjadi serangan di desa yang dihuni suku Makaros. Violet merasa
marah kepada Jesse yang tidak mengatakan apapun tentang penyerangan ini. Akibar
penyerangan ini ada Makary yang meninggal dan ini membuat Violet semakin marah.
Namun ia pun menyadari bahwa ia mencintai Jesse.
Lantas
jika seperti ini, apa yang akan terjadi dalam hubungan Violet dan Jesse?
***
sumber foto di sini
Yup,
cerita Romeo & Juliet dengan tokoh android dan manusia ini menarik diikuti.
Ada rasa penasaran yang ditebarkan oleh penulisnya. Tentang bagaimana hubungan
Violet dan Jesse? Apakah Suku Makaros bisa menghalangi niat suku Gruev untuk
membangkitkan monster jahat yang pernah menghancurkan dunia? Apakah seluruh Makary
akan mati, termasuk Violet?
Semua
rasa penasaran ini membuat saya tidak berhenti membaca novel ini sampai halaman
terakhir. Sayangnya meskipun mengambil sudut pandang orang pertama, emosi dalam
novel ini kurang mampu memengaruhi pembaca. Memang ada rasa hangat yang
menjalari hati saat penulis menggambarkan tentang sebuah lembah yang indah yang
ditunjukkan Jesse pada Violet. *tapi kenapa saya malah membayangkan adegan film
Twilight ya?? :D*
Sayangnya
emosi Violet setelah penyerangan kurang kuat. Perasaan marah dan sedih yang berganti
dengan segera ditampik oleh perasaan cintanya pada Jesse. Tidak bisakan ia
berburuk sangka dengan penuh amarah pada Jesse? Tidak bisakah ia dibuat lebih
membenci suku Gruev lagi?
Selain
itu, ada hal lain yang saya rasa akan lebih menarik jika penulis bisa
memperluas “dunia ciptaannya”. Tidak hanya sekedar suku Makaros, suku Gruev dan
suku lainnya. Apalagi dikisahkan bahwa di generasi Violet Makary tidak lagi
hanya berasal dari suku Makaros saja. Ada pula yang berasal dari suku lain.
Akan lebih menarik jika diceritakan tentang suku lain dan kemampuan mereka.
Jika suku Gruev digambarkan ambisius dan sangat cerdas, dan suku Makaros
memiliki kemampuan untuk menidurkan monster, maka akan menarik jika suku-suku
lain memiliki kemampuan khusus juga. He..he.. Tapi ya ini hanya sekedar ide.
Oiya,
sekedar info kepada editor dan pihak penerbit, ada kesalahan penulisan yang
sangat mengganggu di halaman 221. Kalimat pertama di halaman ini ditulis tanpa
spasi (>_<)
Hm..
Secara keseluruhan saya suka dengan ceritanya. Covernya pun sangat mewakili
kisah di dalam novel ini.
Ha..ha..
sekali lagi moka media membuat saya menikmati genre yang berbeda dari yang
selama ini saya baca. Meskipun muatan romance
dalam kisah ini sangat dominan (^_^)v
***
Puisi
yang terinspirasi oleh novel ini
sumber foto: instagram @atriasartika

Apa kamu peduli pada apa yang orang pikirkan
tentang kita?
Aku, tidak!
Sebab saat semua orang berkata, “Seharusnya kalian saling membenci!”
Aku malah menemukan cinta sejati
Jadi, menurutmu haruskah kita berhenti?
Aku berharap kau berkata, “tidak!”