“Jika
Anda cerdas memilih dan membeli busana, niscaya kehidupan Anda akan lebih
bermakna!” (Hal. 21)


Penulis: SJ. Munkian
Editor: Triana
Rahmawati
Desain cover: Chandra
Kartika Gunawan
Penerbit: Mahaka
Publishing (Imprint Republika Penerbit)
Cetakan: I, September
2015
Jumlah hal.: x + 181
halaman
ISBN: 978-602-947060
Dalam
sejarah kehidupan di dunia, benda mati hampir selalu tak dihiraukan. Tidak ada
yang mau repot-repot memikirkan perasaan benda mati, apalagi memerhatikan
kebutuhannya. Kau bahkan tak pernah tahu kan, bahwa maneken bernama Claudy –
yang bekerja keras di etalase terdepan toko bernama Medilon Shakespeare –
mempunyai perasaan. Mimpi-mimpinya dilambungkan untuk kemudian dihempaskan lagi
hingga hanya bisa bergantung pada nasib dan keajaiban. Ya, keajaiban.
Novel
ini akan membuka mata hatimu dengan menempatkanmu pada posisi benda mati yang
tak dihiraukan, meski sedang berjuang mati-matian untuk mencapai mimpi-mimpi. Kau
akan melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan semoga itu akan membuatmu
semakin mengerti, betapa kami, aku dan Claudy, iri kepada kalian.
***
“Dalam
menghadapi kesan pertama atau sesuatu yang perdana, manusia sepertinya akan
mengerahkan segenap kemampuan diri.” (Hal. 11)
Novel
ini berkisah tentang sebenda bernama Claudy. Ya, dia bukan manusia. Ia adalah
sesosok maneken yang menghuni etalase utama di toko busana Medilon Shakespeare.
Toko busana ini dikelola oleh Sophie. Beberapa hari setelah ditempatkan di
etalasa utama, Sophie mendapatkan pasangan. Maneken laki-laki bernama Fereli.
Sejak
saat itu, Claudy dan Fereli menjalani kehidupan sebagai maneken utama.
Menjalani tugas untuk mengundang banyak pembeli untuk singgah dan berbelanja di
Medilon Shakespeare. Dan selama berdampingan itulah muncul sesuatu yang berbeda
di antara keduanya.
Awalnya
Claudy selalu merasa kesal dengan sikap Fereli yang sering menggunakan bahasa
Perancis. Ia pun merasa tidak senang karena harus berbagi etalase utama itu
dengan Fereli. Namun lama kelamaan kebersamaan pun memunculkan perasaan cinta
di antara keduanya.
Namun
sebuah tragedi mengubah kebahagiaan itu. Sesuatu yang tidak terduga. Namun
mereka tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanyalah sepasang maneken yang
melakukan sesuatu sesuai kehendak manusia. Mereka tidak bisa melakukan sesuatu
bahkan untuk melindungi orang yang mereka sayangi.

Apakah yang akan terjadi pada kedua maneken ini?

***
“…,
di dunia ini kepemilikan adalah penting. Jika tidak, apa pun yang kau inginkan
akan dirampas oleh orang lain!” (Hal. 47)
Jika
membaca cerita singkat novel ini yang saya tulis di atas, maka Readers pasti
tahu bahwa tokoh utama di novel ini bukanlah manusia melainkan boneka maneken.
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama dari dua bonekan maneken,
Claudy dan Fereli.
Ini
menjadi keunikan novel ini. Sudut pandang benda mati dan kemudian digambarkan
hidup. Mampu berkomunikasi dengan satu sama lain dan memiliki perasaan.
Tema
ini tentu tidak bisa menghindarkan unsur fantasi di dalam ceritanya. Cerita
tentang lima kemampuan maneken tentu adalah bagian dari fantasi. Cerita tentang
burung hantu milik Tuan Sinclair pun jelas fantasi. Namun itupun menjadi
kelebihan novel ini. Mengajak pembaca membayangkan bagaimana jika hal itu
nyata?

Sayangnya,
dalam hal narasi pengaruh tersebut terasa kurang kuat. Ini bisa jadi disebabkan
oleh diksi yang terlalu manis dan filosofis. Sering kali bahasanya terasa
kurang simple. Selain itu, di sepertiga akhir cerita setelah Fereli mengalami
tragedi itu, gaya bercerita di novel ini jadi berbeda. Cara bercerita dari
sudut pandang orang pertama di bagain tersebut memiliki warna yang berbeda dari
bab-bab sebelumnya yang cenderung filosofis dan kontemplatif.
Tapi
secara keseluruhan novel ini menarik karena bercerita dari sudut pandang yang
menarik. Dari sudut pandang benda mati. Dari sudut pandang sebuah maneken.
***
Oiya,
Readers, saya berkesempatan melakukan wawancara singkat via email dengan editor
novel Maneken ini. Ia adalah Triana
Rahmawati
. Nah, berikut hasil wawancara tersebut.
Berapa
lama proses editing naskah ini? Apakah ada kendala?
Proses
editing memakan waktu beberapa bulan karena termasuk merevisi dan penambahan
cerita yang dilakukan oleh sang penulis sendiri dan editing dan proofreading
yang dilakukan oleh redaksi. Kalau dibilang kendala, sepertinya tak ada, namun
memang ada tantangan tersendiri karena saat naskh ini masuk redaksi, kisahnya
memiliki potensi pengembangan yang sangat besar namun belum tergarap. Dari
sana, saya banyak berdiskusi dengan penulis untuk menemukan pengembangan kisah
yang paling ciamik. 
 Ada
tidak bagian naskah Maneken yang “dibuang”  selama proses
editing?
Tidak. Justru banyak
yang ditambah dari naskah awalnya.
 Ada
tips tidak untuk penulis yang naskahnya ingin diterbitkan di Republika?
a. Banyak-banyaklah membaca dan bacalah buku-buku dari
genre yang ingin kamu tulis. Tapi memperbanyak bacaan di luar itu pun tak
buruk, justru akan memperkaya wawasan dan tulisan. 
 b. Banyak-banyaklah menulis. Sebelum membuat
sebuah novel (yang notabene panjang) memerlukan latihan menulis pendek yang
kontinyu. 
 c. Apapun bentuk tulisanmu, biasakanlah membuat
kerangka karangan. Banyak penulis yang gagal menyelesaikan tulisannya karena
tidak melakukan hal ini. Seperti layaknya sketsa pada gambar, kerangka
berfungsi menjaga kamu tetap di jalur yang sudah direncanakan. 
 d. Jangan menyerah. Bila banyak orang bilang
tulisanmu tak bagus, tetaplah menulis. Layaknya batu, bila diasah terus
menerus, lama kelamaan pun akan menjadi tajam. 
***

Nah, sesuai dengan judul postingan ini. Ada Giveaway
berhadiah novel Maneken untuk 1 orang yang beruntung. Nah, kamu mau membaca
kisah Claudy dan Fereli juga? Yuk ikuti caranya:

1. Follow
blog ini via Google Friend Connect (lihat di side bar yang ada di sebelah kiri)
2.
Follow akun twitter @bukurepublika, @sjmunkian dan @atriasartika
3.
Share Giveaway ini di aku twittermu dan tag ketiga akun diatas dan pakai
hashtag #NovelManeken
5.
Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar postingan ini:
“Jika
bisa memberi nama pada sebuah maneken, nama apa yang ingin kamu berikan? Kenapa?”
Jika kamu men-share 1 atau lebih (maksimal 3) tweet
yang menggambarkan jawaban kamu, maka akan menambah peluang kamu memenangkan
giveaway ini. Jangan lupa mention/tag saya,
@bukurepublika,
@sjmunkian
pakai
hashtag #
novelManeken ya 🙂
Jangan
lupa tambahkan data diri berupa nama, nama untuk follow blog ini, akun twitter,
dan email.
6.
Giveaway ini berlangsung dari 30 Desember 2015 – 2 Januari 2016
7.
Giveaway ini hanya untuk yang berdomisili di Indonesia saja ya 🙂
Giveawaynya berlangsung setahun ya?
He..he.. Iya, tapi sebenarnya hanya 4 hari saja. Yuk buruan ikut. Blog ini
sekaligus menjadi penutup bagi rangkaian blogtour novel Maneken 😉