Penulis:
Triani Retna A
Editor:
Yasintha
Setting:
Alek
Desain
Cover: Sarah Zerlinda Wijaya
Korektor:
Ariata
Penerbit:
Sheila (Imprint Penerbit Andi)
Cetakan:
2013
Jumlah
hal. : iv + 140 halaman
ISBN:
978-979-29-4157-9
Tatapan Ben
menyusuri wajah lembut Fei, mencoba mencari sorot mata gadis berkulit kuning
langsat itu. Namun Fei tampak lebih tertarik memperhatikan awan.
“Tak apa?” tanya Ben lagi, menegaskan.
“Kalau kamu yakin itu yang terbaik, pergilah,” kata Fei datar.
“Terima kasih, Fei.”
Fei mengangguk. Khayalnya mengembara ke sebuah negeri di balik awan
*
 “Braga Siang Itu” merupakan kumcer yang
terdiri dari lima belas cerpen. Kelima belas cerpen ini berfokus pada
perempuan. Konflik yang diangkat dalam cerpen-cerpen ini dikemas dengan apik
dan menarik oleh Triani Retno A. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media cetak
nasional maupun lokal.
***
Buku Braga
Siang Itu adalah kumpulan cerpen karya Triani Retno A yang dibukukan. Sejumlah
cerpen yang ada di dalam buku ini sudah pernah diterbitkan di berbagai media
massa. Total cerpen yang ada di “Braga Siang Itu” adalah sebanyak 15 cerpen
dengan tema yang beragam.

Cerita
pertama berkisah tentang sosok anak kecil di pasar yang bernama Rahmi. Ia
bekerja mengangkatkan barang-barang di pasar. Tokoh “aku” dalam cerita ini
menyimpan kekaguman pada sikap santun Rahmi dan penasaran terhadap ibunda Rahmi
yang berhasil mendidik anak tersebut hingga baik perangainya padahal anak itu
hidup di pasar.
Setiap
cerita di dalam buku ini selalu punya pesan moral yang kuat.

Dan benar-benar
mengusung tema yang sangat mudah kita temukan di sekitar kita. Mulai dari
cerita anak-anak pasar, cerita mitos-mitos tentang kepercayaan bahwa jika kita
bermimpi salah satu gigi kita tanggal, berarti salah satu anggota keluarga akan
ada yang meninggal, sampai cerita tentang tanaman Sansevieria yang lazim disebut lidah mertua.

Cerpen-cerpen
di buku ini sangat kental dengan suasana kota Bandung. Tidak hanya judul buku
yang mengusung nama salah satu jalan paling terkenal di Bandung, Jl. Braga,
tapi juga ada kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda yang akan cukup sering
terdengar jika berdiam cukup lama di Bandung.
***
Salah satu
cerpen favorit saya dalam buku ini adalah yang berjudul “Gigi”. Saya sudah
sering mendengar mitos tentang arti-arti mimpi. Salah satunya saat bermimpi
salah satu gigi kita tanggal itu berarti akan ada keluarga yang meninggal.
Cerpen ini mengangkat cerita tentang mitos tersebut. Namun akhir cerpen ini
benar-benar sukses bikin saya nyengir lebar saat membacanya. Ha..ha.. Mimpi
tokoh “Al” bahwa seluruh gigi depannya copot kontan membuatnya cemas setengah
mati. Dan ternyata itu berarti?? Ah, baca sendiri saja lanjutannya.
Buku
“Braga Siang Itu” saya peroleh langsung dari penulisnya Mbak Retno. Tapi ini
tidak membuat review saya menjadi tidak fair. Saya menyukai hampir semua cerita
di dalam buku. Dan sejujurnya cerpen berjudul “Braga Siang Itu” malah yang
kurang memberi kesan bagi saya. Begitu pun cerpen yang berjudul “Surat Untuk
Presiden”. Mungkin karena dalam kedua cerpen ini tidak ada bagian yang
mempengaruhi emosi saya baik untuk kesal, bersedih, tertawa, atau menangis. Dua
cerpen ini cukup datar dan lebih cenderung seperti digurui (>_<).
Begitupun dalam cerpen “Suara”, dimensi politiknya mungkin terasa asing bagi
saya yang sudah tidak tertarik lagi pada dunia politik serta semua hiruk-pikuk
yang mewarnainya. Sehingga membaca cerpen ini pun tidak lagi membuat saya
mengantisipasi apa-pun.
Sedangkan
cerita-cerita yang lain terasa lebih membekas karena saya berhasil merasakan
kekesalan seperti dalam cerpen Saat Malin Bertanya, serta cerpen Merajut Hari.
Tema kedua cerpen tersebut sama, yakni menggugat tentang kedurhakaan. Apakah
hanya seorang anak yang bisa durhaka? Tidak adakah orang tua yang durhaka?

Oiya,
untuk cerpen “Braga Siang Itu” berlatarkan jalan Braga. Dan dari cerpen
ini kita bisa tahu lebih banyak tentang sejarah jalan Braga. Tentang
asal nama jalan Braga yang sampai sekarang masih belum pasti sumbernya.
Katanya, kata “Braga” diambil dari bahasa Sunda yakni “Ngabaraga” yang
berarti menyusuri sungai. Ini karena di dekat Braga mengalir Sungai Ci
Kapundung. Ups..sepertinya saya membocorkan beberapa info penting
(>_<)

Setiap
cerpen dalam buku ini selalu punya pesan moral dan mengangkat realitas dalam
masyarakat kita. Seperti dalam cerpen Sarapan yang juga menjadi salah satu
favorit saya. Cerpen ini mengangkat tentang berita-berita di televisa dan
hubungannya dengan tumbuh kembang anak. Cerpen ini juga mengangkat tentang
perlunya orang tua untuk bersikap bijak dalam menghadapi pemberitaan di
televisi yang bisa memberi impact
buru bagi anak. Tentang orang yang harus semakin cerdas dan taktis menjawab
pertanyaan anak-anak yang semakin kritis. 
Jadi, jika
harus menyematkan bintang untuk novel ini, maka saya memberinya 3,5 bintang.
Covernya masih kurang menarik perhatian. Selain itu layout untuk bagian “Daftar Isi” saya rasa agak mengganggu karena dihalaman berikutnya daftar cerpennya terlalu sedikit. Bagaimana kalau Daftar Isi dibuat menjadi satu halaman saya? Hm… Kalau dari segi isi? Saya suka dengan
cerita-cerita yang punya pesan moral.
Oiya,
menurut saya, buku ini lebih cocok dibaca oleh New Adult, yakni anak kuliahan
atau yang lebih tua. Sebab untuk remaja, gaya bahasa dan tema-nya mungkin tidak
begitu menarik bagi mereka. Selain itu tokoh dan konfliknya memang lebih cocok
untuk dewasa.
***
Tentang
Penulis
Triani
Retno A,
lahir di Bandung, 24 Desember. Alumnus SMAN 3 Bandung dan JIP
Fikom Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sekitar
200 cerpennya telah dimuat di berbagai majalah dan surat kabar (Kawanku, Anita
Cemerlang, Muslimah, Say, Sekar, Kartika, Story, Aneka Yess, Tribun Jabar,
dll). Selain itu juga telah mempublikasikan 12 novel dan kumcer solo (antara
lain Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak
Kakinya
, The Reunion, Foolove, Smile Aku Naksir Kamu, Bukan Jilbab Semusim,
Masih Ada Hati Bicara, dan Kilau Satu Bintang), 2 kumcer antologi, 6 Buku
nonfiksi solo (antara lain 25 Curhat
Calon Penulis Beken
dan Ordinary Mom),
1 buku nonfiksi duet, dan 18 buku antologi nonfiksi (antara lain Dalam Kasih
Ibu, Business Mom, Jumpalitan Menjadi Ibu, Titik Balik, dan A Cup of Tea for
Writer).
Pernah
menjadi pemenang harapan pada beberapa lomba penulisan novel: News (Dar! Mizan,
2005); Bintang Masih Bersinar (Gema Insani Press, 2006). Selain itu juga
menjadi Pemenang Berbakat dalam Lomba Cerita Konyol Gramedia Pustaka Utama 2008
(Bodyguard Bawel: Pembela Kebanaran dan Kebetulan), Pemanang Harapan dalam
Lomba Cerita Detektif Majalah Bobo (2009), dan Pemanang I Lomba Kisah Inspiratif
Titik Balik (Leutika, 2010). Tahun 2011 menjadi salah satu dari 100 Perempuan
Inspiratif Nova. 
Kontak
dapat melalui FB: Triani Retna A (Teera Jadi Dua), Grup FB: Curhat Calon
Penulis Beken (admin), dan twitter @retnoteera
***
 Review ini saya sertakan dalam:

kategori Freebies Time