Penulis:
Triani Retna A
Triani Retna A
Editor:
Yasintha
Yasintha
Setting:
Alek
Alek
Desain
Cover: Sarah Zerlinda Wijaya
Cover: Sarah Zerlinda Wijaya
Korektor:
Ariata
Ariata
Penerbit:
Sheila (Imprint Penerbit Andi)
Sheila (Imprint Penerbit Andi)
Cetakan:
2013
2013
Jumlah
hal. : iv + 140 halaman
hal. : iv + 140 halaman
ISBN:
978-979-29-4157-9
978-979-29-4157-9
Tatapan Ben
menyusuri wajah lembut Fei, mencoba mencari sorot mata gadis berkulit kuning
langsat itu. Namun Fei tampak lebih tertarik memperhatikan awan.
“Tak apa?” tanya Ben lagi, menegaskan.
“Kalau kamu yakin itu yang terbaik, pergilah,” kata Fei datar.
“Terima kasih, Fei.”
Fei mengangguk. Khayalnya mengembara ke sebuah negeri di balik awan
*
menyusuri wajah lembut Fei, mencoba mencari sorot mata gadis berkulit kuning
langsat itu. Namun Fei tampak lebih tertarik memperhatikan awan.
“Tak apa?” tanya Ben lagi, menegaskan.
“Kalau kamu yakin itu yang terbaik, pergilah,” kata Fei datar.
“Terima kasih, Fei.”
Fei mengangguk. Khayalnya mengembara ke sebuah negeri di balik awan
*
“Braga Siang Itu” merupakan kumcer yang
terdiri dari lima belas cerpen. Kelima belas cerpen ini berfokus pada
perempuan. Konflik yang diangkat dalam cerpen-cerpen ini dikemas dengan apik
dan menarik oleh Triani Retno A. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media cetak
nasional maupun lokal.
terdiri dari lima belas cerpen. Kelima belas cerpen ini berfokus pada
perempuan. Konflik yang diangkat dalam cerpen-cerpen ini dikemas dengan apik
dan menarik oleh Triani Retno A. Cerpen-cerpennya banyak menghiasi media cetak
nasional maupun lokal.
***
Buku Braga
Siang Itu adalah kumpulan cerpen karya Triani Retno A yang dibukukan. Sejumlah
cerpen yang ada di dalam buku ini sudah pernah diterbitkan di berbagai media
massa. Total cerpen yang ada di “Braga Siang Itu” adalah sebanyak 15 cerpen
dengan tema yang beragam.
Siang Itu adalah kumpulan cerpen karya Triani Retno A yang dibukukan. Sejumlah
cerpen yang ada di dalam buku ini sudah pernah diterbitkan di berbagai media
massa. Total cerpen yang ada di “Braga Siang Itu” adalah sebanyak 15 cerpen
dengan tema yang beragam.
Cerita
pertama berkisah tentang sosok anak kecil di pasar yang bernama Rahmi. Ia
bekerja mengangkatkan barang-barang di pasar. Tokoh “aku” dalam cerita ini
menyimpan kekaguman pada sikap santun Rahmi dan penasaran terhadap ibunda Rahmi
yang berhasil mendidik anak tersebut hingga baik perangainya padahal anak itu
hidup di pasar.
pertama berkisah tentang sosok anak kecil di pasar yang bernama Rahmi. Ia
bekerja mengangkatkan barang-barang di pasar. Tokoh “aku” dalam cerita ini
menyimpan kekaguman pada sikap santun Rahmi dan penasaran terhadap ibunda Rahmi
yang berhasil mendidik anak tersebut hingga baik perangainya padahal anak itu
hidup di pasar.
Setiap
cerita di dalam buku ini selalu punya pesan moral yang kuat.
cerita di dalam buku ini selalu punya pesan moral yang kuat.
Dan benar-benar
mengusung tema yang sangat mudah kita temukan di sekitar kita. Mulai dari
cerita anak-anak pasar, cerita mitos-mitos tentang kepercayaan bahwa jika kita
bermimpi salah satu gigi kita tanggal, berarti salah satu anggota keluarga akan
ada yang meninggal, sampai cerita tentang tanaman Sansevieria yang lazim disebut lidah mertua.
Cerpen-cerpen
di buku ini sangat kental dengan suasana kota Bandung. Tidak hanya judul buku
yang mengusung nama salah satu jalan paling terkenal di Bandung, Jl. Braga,
tapi juga ada kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda yang akan cukup sering
terdengar jika berdiam cukup lama di Bandung.
di buku ini sangat kental dengan suasana kota Bandung. Tidak hanya judul buku
yang mengusung nama salah satu jalan paling terkenal di Bandung, Jl. Braga,
tapi juga ada kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda yang akan cukup sering
terdengar jika berdiam cukup lama di Bandung.
***
Salah satu
cerpen favorit saya dalam buku ini adalah yang berjudul “Gigi”. Saya sudah
sering mendengar mitos tentang arti-arti mimpi. Salah satunya saat bermimpi
salah satu gigi kita tanggal itu berarti akan ada keluarga yang meninggal.
Cerpen ini mengangkat cerita tentang mitos tersebut. Namun akhir cerpen ini
benar-benar sukses bikin saya nyengir lebar saat membacanya. Ha..ha.. Mimpi
tokoh “Al” bahwa seluruh gigi depannya copot kontan membuatnya cemas setengah
mati. Dan ternyata itu berarti?? Ah, baca sendiri saja lanjutannya.
cerpen favorit saya dalam buku ini adalah yang berjudul “Gigi”. Saya sudah
sering mendengar mitos tentang arti-arti mimpi. Salah satunya saat bermimpi
salah satu gigi kita tanggal itu berarti akan ada keluarga yang meninggal.
Cerpen ini mengangkat cerita tentang mitos tersebut. Namun akhir cerpen ini
benar-benar sukses bikin saya nyengir lebar saat membacanya. Ha..ha.. Mimpi
tokoh “Al” bahwa seluruh gigi depannya copot kontan membuatnya cemas setengah
mati. Dan ternyata itu berarti?? Ah, baca sendiri saja lanjutannya.
Buku
“Braga Siang Itu” saya peroleh langsung dari penulisnya Mbak Retno. Tapi ini
tidak membuat review saya menjadi tidak fair. Saya menyukai hampir semua cerita
di dalam buku. Dan sejujurnya cerpen berjudul “Braga Siang Itu” malah yang
kurang memberi kesan bagi saya. Begitu pun cerpen yang berjudul “Surat Untuk
Presiden”. Mungkin karena dalam kedua cerpen ini tidak ada bagian yang
mempengaruhi emosi saya baik untuk kesal, bersedih, tertawa, atau menangis. Dua
cerpen ini cukup datar dan lebih cenderung seperti digurui (>_<).
Begitupun dalam cerpen “Suara”, dimensi politiknya mungkin terasa asing bagi
saya yang sudah tidak tertarik lagi pada dunia politik serta semua hiruk-pikuk
yang mewarnainya. Sehingga membaca cerpen ini pun tidak lagi membuat saya
mengantisipasi apa-pun.
“Braga Siang Itu” saya peroleh langsung dari penulisnya Mbak Retno. Tapi ini
tidak membuat review saya menjadi tidak fair. Saya menyukai hampir semua cerita
di dalam buku. Dan sejujurnya cerpen berjudul “Braga Siang Itu” malah yang
kurang memberi kesan bagi saya. Begitu pun cerpen yang berjudul “Surat Untuk
Presiden”. Mungkin karena dalam kedua cerpen ini tidak ada bagian yang
mempengaruhi emosi saya baik untuk kesal, bersedih, tertawa, atau menangis. Dua
cerpen ini cukup datar dan lebih cenderung seperti digurui (>_<).
Begitupun dalam cerpen “Suara”, dimensi politiknya mungkin terasa asing bagi
saya yang sudah tidak tertarik lagi pada dunia politik serta semua hiruk-pikuk
yang mewarnainya. Sehingga membaca cerpen ini pun tidak lagi membuat saya
mengantisipasi apa-pun.
Sedangkan
cerita-cerita yang lain terasa lebih membekas karena saya berhasil merasakan
kekesalan seperti dalam cerpen Saat Malin Bertanya, serta cerpen Merajut Hari.
Tema kedua cerpen tersebut sama, yakni menggugat tentang kedurhakaan. Apakah
hanya seorang anak yang bisa durhaka? Tidak adakah orang tua yang durhaka?
cerita-cerita yang lain terasa lebih membekas karena saya berhasil merasakan
kekesalan seperti dalam cerpen Saat Malin Bertanya, serta cerpen Merajut Hari.
Tema kedua cerpen tersebut sama, yakni menggugat tentang kedurhakaan. Apakah
hanya seorang anak yang bisa durhaka? Tidak adakah orang tua yang durhaka?
Oiya,
untuk cerpen “Braga Siang Itu” berlatarkan jalan Braga. Dan dari cerpen
ini kita bisa tahu lebih banyak tentang sejarah jalan Braga. Tentang
asal nama jalan Braga yang sampai sekarang masih belum pasti sumbernya.
Katanya, kata “Braga” diambil dari bahasa Sunda yakni “Ngabaraga” yang
berarti menyusuri sungai. Ini karena di dekat Braga mengalir Sungai Ci
Kapundung. Ups..sepertinya saya membocorkan beberapa info penting
(>_<)
Setiap
cerpen dalam buku ini selalu punya pesan moral dan mengangkat realitas dalam
masyarakat kita. Seperti dalam cerpen Sarapan yang juga menjadi salah satu
favorit saya. Cerpen ini mengangkat tentang berita-berita di televisa dan
hubungannya dengan tumbuh kembang anak. Cerpen ini juga mengangkat tentang
perlunya orang tua untuk bersikap bijak dalam menghadapi pemberitaan di
televisi yang bisa memberi impact
buru bagi anak. Tentang orang yang harus semakin cerdas dan taktis menjawab
pertanyaan anak-anak yang semakin kritis.
cerpen dalam buku ini selalu punya pesan moral dan mengangkat realitas dalam
masyarakat kita. Seperti dalam cerpen Sarapan yang juga menjadi salah satu
favorit saya. Cerpen ini mengangkat tentang berita-berita di televisa dan
hubungannya dengan tumbuh kembang anak. Cerpen ini juga mengangkat tentang
perlunya orang tua untuk bersikap bijak dalam menghadapi pemberitaan di
televisi yang bisa memberi impact
buru bagi anak. Tentang orang yang harus semakin cerdas dan taktis menjawab
pertanyaan anak-anak yang semakin kritis.
Jadi, jika
harus menyematkan bintang untuk novel ini, maka saya memberinya 3,5 bintang.
Covernya masih kurang menarik perhatian. Selain itu layout untuk bagian “Daftar Isi” saya rasa agak mengganggu karena dihalaman berikutnya daftar cerpennya terlalu sedikit. Bagaimana kalau Daftar Isi dibuat menjadi satu halaman saya? Hm… Kalau dari segi isi? Saya suka dengan
cerita-cerita yang punya pesan moral.
harus menyematkan bintang untuk novel ini, maka saya memberinya 3,5 bintang.
Covernya masih kurang menarik perhatian. Selain itu layout untuk bagian “Daftar Isi” saya rasa agak mengganggu karena dihalaman berikutnya daftar cerpennya terlalu sedikit. Bagaimana kalau Daftar Isi dibuat menjadi satu halaman saya? Hm… Kalau dari segi isi? Saya suka dengan
cerita-cerita yang punya pesan moral.
Oiya,
menurut saya, buku ini lebih cocok dibaca oleh New Adult, yakni anak kuliahan
atau yang lebih tua. Sebab untuk remaja, gaya bahasa dan tema-nya mungkin tidak
begitu menarik bagi mereka. Selain itu tokoh dan konfliknya memang lebih cocok
untuk dewasa.
menurut saya, buku ini lebih cocok dibaca oleh New Adult, yakni anak kuliahan
atau yang lebih tua. Sebab untuk remaja, gaya bahasa dan tema-nya mungkin tidak
begitu menarik bagi mereka. Selain itu tokoh dan konfliknya memang lebih cocok
untuk dewasa.
***
Tentang
Penulis
Penulis
Triani
Retno A, lahir di Bandung, 24 Desember. Alumnus SMAN 3 Bandung dan JIP
Fikom Universitas Padjadjaran, Bandung.
Retno A, lahir di Bandung, 24 Desember. Alumnus SMAN 3 Bandung dan JIP
Fikom Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sekitar
200 cerpennya telah dimuat di berbagai majalah dan surat kabar (Kawanku, Anita
Cemerlang, Muslimah, Say, Sekar, Kartika, Story, Aneka Yess, Tribun Jabar,
dll). Selain itu juga telah mempublikasikan 12 novel dan kumcer solo (antara
lain Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak
Kakinya, The Reunion, Foolove, Smile Aku Naksir Kamu, Bukan Jilbab Semusim,
Masih Ada Hati Bicara, dan Kilau Satu Bintang), 2 kumcer antologi, 6 Buku
nonfiksi solo (antara lain 25 Curhat
Calon Penulis Beken dan Ordinary Mom),
1 buku nonfiksi duet, dan 18 buku antologi nonfiksi (antara lain Dalam Kasih
Ibu, Business Mom, Jumpalitan Menjadi Ibu, Titik Balik, dan A Cup of Tea for
Writer).
200 cerpennya telah dimuat di berbagai majalah dan surat kabar (Kawanku, Anita
Cemerlang, Muslimah, Say, Sekar, Kartika, Story, Aneka Yess, Tribun Jabar,
dll). Selain itu juga telah mempublikasikan 12 novel dan kumcer solo (antara
lain Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak
Kakinya, The Reunion, Foolove, Smile Aku Naksir Kamu, Bukan Jilbab Semusim,
Masih Ada Hati Bicara, dan Kilau Satu Bintang), 2 kumcer antologi, 6 Buku
nonfiksi solo (antara lain 25 Curhat
Calon Penulis Beken dan Ordinary Mom),
1 buku nonfiksi duet, dan 18 buku antologi nonfiksi (antara lain Dalam Kasih
Ibu, Business Mom, Jumpalitan Menjadi Ibu, Titik Balik, dan A Cup of Tea for
Writer).
Pernah
menjadi pemenang harapan pada beberapa lomba penulisan novel: News (Dar! Mizan,
2005); Bintang Masih Bersinar (Gema Insani Press, 2006). Selain itu juga
menjadi Pemenang Berbakat dalam Lomba Cerita Konyol Gramedia Pustaka Utama 2008
(Bodyguard Bawel: Pembela Kebanaran dan Kebetulan), Pemanang Harapan dalam
Lomba Cerita Detektif Majalah Bobo (2009), dan Pemanang I Lomba Kisah Inspiratif
Titik Balik (Leutika, 2010). Tahun 2011 menjadi salah satu dari 100 Perempuan
Inspiratif Nova.
menjadi pemenang harapan pada beberapa lomba penulisan novel: News (Dar! Mizan,
2005); Bintang Masih Bersinar (Gema Insani Press, 2006). Selain itu juga
menjadi Pemenang Berbakat dalam Lomba Cerita Konyol Gramedia Pustaka Utama 2008
(Bodyguard Bawel: Pembela Kebanaran dan Kebetulan), Pemanang Harapan dalam
Lomba Cerita Detektif Majalah Bobo (2009), dan Pemanang I Lomba Kisah Inspiratif
Titik Balik (Leutika, 2010). Tahun 2011 menjadi salah satu dari 100 Perempuan
Inspiratif Nova.
Kontak
dapat melalui FB: Triani Retna A (Teera Jadi Dua), Grup FB: Curhat Calon
Penulis Beken (admin), dan twitter @retnoteera
dapat melalui FB: Triani Retna A (Teera Jadi Dua), Grup FB: Curhat Calon
Penulis Beken (admin), dan twitter @retnoteera
***
Review ini saya sertakan dalam:
kategori Freebies Time |
Braga? Settingya di Braga kah?
Iya, untuk cerpen Braga siang itu settingnya di Braga 😀
Oooh, jadi braga itu nama kota 🙂
He..he..iya, nama salah satu ruas jalan di Bandung.
Tapi bisa juga nama orang sih, tapi saya sendiri belum pernah punya kenalan bernama Braga (^_^)v
Ini sepertinya bakal jadi bahan bacaan yang bagus ya kak (ya kalo aku menang GAnya) hho. Dengan setting di Braga, Bandung. Ini bakal jadi bacaan yang ga akan aku lepas, sebelum selesai. Bandung loh.. Bandung! Tempat yang aku impi-impikan untuk aku kunjungi. Ya seenggaknya kalopun aku ga bisa kesana, ya aku baca buku yang latar tempatnya disana kan:3
dari reviewnya lengkap kak, tapi udah hampir terlalu lengkap deh menurutku. Jadi ga terlalu surprise begitu bacanya, dan covernya udah termasuk kreatiflah menurutku. Soalnya aku kalo disuruh buat pasti ga bisa hho.
Nama: anggi santri utami
yuk..yuk..sini main ke Bandung (^_^)v
Tenang, nggak semua cerita saya kupas kok.
he..he..
review nya keren kak, udah merangkup seluruh keisihan novel. hahaha..
Bikin kita yg belum baca pingin ikut baca. apalagi settingnya di jalan Braga Bandung, dulu pas liburan ke sana, sering lewat situ, jalannya keren, emang sih gak sekeren dago yak? hahaha.. covernya keren kok, cover kayak gitu tuh, yg gak bisa di tebak isinya, bikin nambah penasaran pingin cepat-cepat baca. kalau ada politiknya sih emang bukan buku anak muda banget ya yg baru akan beranjak dewasa, cocok buat anak kuliahan terutama yg suka sm hukum and politic.. tapi review dari awal smpai akhir bagus kok, gak bikin bosen baca ;))
He..he..iya genre-nya lebih ke young adult atau new adult. (^_^)
tapi banyak pelajaran yang bisa dipetik dari buku-buku ini, lho
young adult ya? mungkin memang karena tema politik ga masuk buat anak remaja ya. btw, braga itu menarik, meski ramainya bikin pengunjung membludak. nice review, mba
he..he..Braga memang menarik. Ruas jalan yang punya sejarah panjang meskipun panjang jalan ini sendiri cukup pendek
*kok rasanya bahasa saya ini rada aneh..he..he..*
Aku kira 'Braga Siang Itu' jenisnya novel, kayak menceritakan si tokoh laki-laki dan perempuan yang ketemu di Braga terus kenalan. Maksa banget punya analisa gitu ya… Hahah 😀 Ternyata bukan, salah besar banget malah, ternyata kumpulan cerpen toh….. baru ngeh sekarang.
Kalau dari kata Kak Atria bilang ini cocok buat New Adult, berarti buat aku belum ya? Masih remaja muda gitu xD *pamer masih muda* Tetep seneng sama kekhasan Braga yang bener-bener memorable banget. Bagi sebagian orang yang belum pernah datang dan pertama kalinya datang, ada 'aura' lain dari Braga yang bikin kita jadi pengen kembali terus. Daya magnetnya gitu deh…
Kalau dari reviewnya, aku suka lah… tapi hati-hati Kak, takut malah dibikin spoiler >< Hoho…
Ha..ha..spoiler mah kalo ngbocorinnya tuntas. Kan ini ngebocorin dikit2. Semacam meniup2kan wangi masakan ke orang biar tergoda mencicipi.. Ha..ha..
Iya, genrenya agak dewasa, bukan karena vulgar atau gimana, hanya konflik dan masalah yang diangkat lebih bijak aja. Takutnya anak muda malah bosen bacanya.
Ha..ha..
Aku kira ini novel hehe ternyata kumcer yah 😀
Semenjak baca Perahu Kertas jadi kayak addict sama novel yg settingnya di Bandung XD kayaknya boleh nih masukin ke want-to-read hihihi
iya, kenalan dengan karya Mbak Eno. Dimensinya beda dengan Dee, lebih membumi dan sarat pesan moral..he..he..
*aduh bahasa saya aneh (>_<)*
Reviewnya menarik. Selain mencantumkan identitas buku, kaka juga mencantumkan identitas penulis beserta semua karyanya. Biasanya (dari review yg pernah aku baca) jarang banget pereview yg mencantumkan informasi penulis sampai sedetail ini. Tapi kalo boleh jujur review ini kepanjangan ka, yang tadinya aku semangat membaca tapi lama kelamaan males juga hehe. Mungkin lain kali bisa dipersingkat lagi ka huahaha
Nama: Linda Novianty
Twitter: @cumee22
Email: cumee22@gmail.com
He..he..disimpen masukannya.
saya ini hobi nulis ngalor ngidul jadi suka nulis apa2 jadi kepanjangan..
(^_^)v
Oh kumpulan cerpen toh, Aku pikir bukan 😀
Kadangkala, kumpulan cerpen tuh jadinya ceritanya hanya sedikit aja, aku sih kalo baca kumpulan cerpen suka kurang puas hahaha
Tapi dari judul ataupun covernya dan tentu isinya seperti yang mbak review buku ini memang cocok dibaca untuk YA atau NA :))
@Oktaviamithaa
Ohh ternyata Braga memang bukan nama tokoh, tapi setting bukunya, sebuah jalan di kota Bandung.
Resensinya detil sekali, memuat info-info berguna bagi calon pembaca buku ini.
Terima kasih, sudah baca review saya (^_^)
Penasaran ama yang cerpen 'Braga Siang Itu'. Rindu Braga nih! 😉
hayuk main ke Bandung lagi. Sekarang ada Braga Culinary Festival (^_^)v
Aku remaja. Berarti aku gak disaranin buat baca dong? Ah, tapi aku penasaran banget sama cerpen-cerpennya. hehehe… D
Bukan nggak disarankan, hanya takut kalo remaja yang baca malah jadi bosan. He..he..
Tapi buku ini bagus kok karena banyak pesan moralnya. (^_^)
Membaca reviewnya beneran bikin mupeng pengen baca deh, karena di review di jelaskan bahwa cerpen-cerpen di buku tersebut sangat kental dengan suasana kota Bandung. Iya kayanya kalau saya baca itu buku, pasti bakal menghidupkan kembali kenangan-kenangan waktu saya masih tinggal di Bandung semasa kuliah. Apa lagi ada judul cerpen " Braga Siang Itu" dari baca judulnya aja saya sudah dirajam rindu nih sama Bandung, khususnya di sekitaran Braga ! Selain itu di atas juga di jelaskan banyak pesan moralnya dan cocok untuk dibaca oleh New Adult, yakni anak kuliahan atau dewasa, hmm cocok banget buat saya lahap itu buku hehehe
yuk..yuk..dibaca biar rindunya semakin membuncah (^_^)
Pengin baca…
Baru tahu kalau Braga itu nama jalan…
Hehehe 😀
iya, di Bandung ada jalan yang namanya Jalan Braga. (^_^)
udah lama gak baca kumcer….
aku bukan orang bandung dan gak pernah ke bandung. aku gak tau braga, gak tauuuuuuuu ._.
Yuk cari tahu..
*gandeng tangan..diajakin ke jalan Braga*
keren, mereviewnya sungguh dalam. sampai kepada emosi-emosi saat membacanya. memang hal itu perlu untuk gambaran bagi org yg belum membacanya. Braga siang itu, sepertinya menarik. saya hanya pernah sesekali ke bandung, mungkin dengan membaca buku ini, saya bisa lebih mengenal bandung lebih dekat 🙂
yuk kenalan sama Bandung lebih dekat lagi. (^_^)
Reviewnya sangat menarik dan membuat aku penasaran sama buku ini, apalagi memberapa cerita mengandung unsur nyata yang ada dikehidupan. Jl. Braga memang tempat menarik dengan bangunan khas bergaya eropa. Aku sudah beberapa kali ke Bandung, namun belum sampai ke Braga. Jadi buku ini sangat menarik apalagi dengan cover yang manis.
Nanti kalu main ke Bandung datang ke jalan Braga, jangan lupa ajak saya dan Mbak Eno juga buat kopdar (^_^)
he..he..
jadi kepengen baca.. awalnya aku kira ini novel. TApi ternyata kumcer.. Settingnya kebanyakan Bandung.. makin pengen bacaaa..
yuk..yuk..dibaca..dibaca.. (^_^)v
perasaan udah comment tapi ternyata belum. ^^
setting bandung selalu punya sensasi tersendiri. 🙂
Cukup bagus resensinya kak… Tapi menurutku susunan resensinya agak berantakan, jadi agak nggak fokus bacanya, rada bingung gitu. Kalau lebih urut pasti lebih enak dibaca kak..
Wahhh… Braga itu nama jalan ya? Baru tahu,hehe 😀
Sepertinya cerpen-cerpennya menarik buat dibaca. Apalagi beberapa dari cerpennya sudah pernah dipublikasikan lewat media massa..
baca review‘a lumayan memberikan nilai positif buat buku ini. saya jadi mikir : dngan tema yg beragam+menceritakan bnyak hal yg “beraroma” bandung, mengundang minat buat punya buku ini (saya slalu berpikir, pasti menyenangkan tinggal di bandung. hehe).
Makasih resensinya, Tria. 🙂 Makasih apresiasinya, temen-temen. 🙂
Braga Siang Itu memang lebih ke segmen dewasa, makanya bahasanya juga lebih baku dan serius (Jangan coba-coba bandingkan dengan bahasa saya di Kayla Twitter Kemping atau Genk Kompor 😀 ) —> Saya bisa dewasa, loooh… 😀
Aku kopas ke blogku, ya. 🙂