“Beberapa
misteri harus dibiarkan tak terpecahkan.” (Hal. 276)


Penulis:
Marrisa Meyer
Penerjemah
: Yudith Listiandri
Penyunting : Selsa Chintya
Proofreader : Titish A.K.
Penerbit: Spring
Cetakan: Pertama, Januari 2016
Jumlah hal.: 373 halaman
***
Sekali
lagi. Berkesempatan untuk membaca buku yang bahkan belum beredar di toko buku
offline dan online di Indonesia. Berkesempatan jadi sejumlah orang yang
menikmati kerja keras tim penerjemah dan tim penerbit untuk menyuguhkan karya
yang akan bisa dinikmati oleh pembaca Indoensia.
Terima
kasih kepada Penerbit Spring yang merupakan imprint Penerbit Haru atas
kesempatan ini. Terima kasih untuk kepercayaannya.
Sejujurnya
saat mendapatkan email tentang naskah ini dan kerja sama yang ditawarkan oleh
Penerbit Haru, saya tidak tahu sedikit pun tentang novel Cinder. Tidak tahu
bahwa buku ini termasuk salah satu buku yang populer. Genre Young Adult dan
Fantasi. Ini karena saya tidak menggilai Fantasi. Tapi ternyata saya benar benar menikmati cerita di novel ini.
 ***
Novel
Cinder ini berkisah tentang seorang gadis cyborg
(cybernetic Organism
, manusia yang memiliki bagian tubuh robotic. Kadar di setiap orang bisa
berbeda). Hidup Cinder bak dongeng Cinderella. Hidup bersama ibu tiri dengan
dua adik tiri. Premis khas Cinderella. Ia kemudian bertemu dengan Pangeran
Kaito. Pangeran Kai yang tampan dan ramah. Saat itu Pangeran Kai membutuhkan
jasanya sebagai mekanik. 
Setelah
itu, semuanya berbeda.

Cinder
harus menghadapi banyak hal. Melihat orang yang dikasihinya sakit dan menjemput
maut. Menjadi kelinci percobaan bagi usaha penemuan vaksin atas penyakit yang
sudah belasan tahun merenggut nyawa penduduk Bumi. Penyakit Letumosis. Dan kini
penyakit tersebut mengancam hidup Kaisar, ayah Pangeran Kai.
Di
saat yang sama orang Bulan tepatnya Ratu Bulan, Ratu Levana memaksa untuk
mengadakan aliansi. Menuntut agar Pangeran Kaito yang usianya jauh lebih muda
dari Ratu Levana menjadikan Ratu Levana sebagai permaisurinya. Jika tidak, Ratu
Levana akan memulai perang. Memerangi penghuni bumi!
Dan
di tengah semua kemelut ini, kebenaran akan muncul. Masa lalu Cinder akan
terbuka. Namun setelah kebenaran itu terbuka, apa yang akan terjadi? Apakah itu
akan mengubah keadaan?
***
Membaca buku pertama novel Cinder ini saya
dibuat terkagum. Saya suka dengan ide ceritanya yang menggabungkan dongeng yang
sudah sangat kita kenal, Cinderella, dengan sci-fi dan fantasi. Membayangkan
bahwa bumi kelak akan eksis setelah melalui 4 perang besar. Perang Dunia
Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat. Optimisme yang menarik jika mengingat
bahwa saat ini kita bahkan merasa bahwa Perang Dunia Ketiga adalah akhir bagi
kehidupan di bumi. 
Kemudia
gambaran yang dimunculkan oleh penulis tentang kehidupan di masa tersebut pun
sangat menarik. Ini karena cara penulis mendeskripsikan suasana.
Mendeskripsikan tempat. Bahkan penggambaran penulis tentang orang Bulan pun
menarik.
Selain
itu, novel ini masih terasa relevansinya dengan kehidupan nyata dengan
penggunaan nama negara. Ini membuat fantasi ini tetap membumi dan terkait
dengan masa kini. 
Novel
ini mampu menghadirkan ketegangan yang pas. Ketegangan saat hidup Cinder
terancam. Namun di saat yang sama juga masih menceritakan perasaan Cinder saat
berada di dekat Pangeran Kaito. Ini benar – benar menarik.
Tapi
saya punya pertanyaan kecil. Hm.. saat Cinder diizinkan pulang oleh Dokter
Erland kok bisa sih prosesnya mudah. Bukannya semua hal dikontrol oleh
teknologi mesin ya? Kan biasanya ada jalur perintahnya gitu kan? Cinder kan
udah sempat disuntikin virus Letumosis, kok bisa bebas dengan mudah?
Tapi di luar itu saya benar – benar menikmati ceritanya. Hm..dan Readers, Pangeran Kaito tuh loveable banget.

Saya
jadi tidak sabar menunggu buku berikutnya.