“Hanya
karena sebuah cerita nggak berakhir sesuai keinginan kita, bukan berarti cerita
itu nggak bagus.” Tangannya bergerak menuju hati. “Happily ever after itu
masalah persepsi, Lu. Kebahagiaan selama-lamanya yang sesungguhnya dirasakan di
sini.” (Hal. 7)
http://photos-c.ak.instagram.com/hphotos-ak-xaf1/t51.2885-15/10957224_1594132150823138_1750605029_n.jpg
Penulis:
Winna Efendi
Editor:
Jia Effendie
Penyelaras
Akhir: Widyawati Oktavia
Penata
Letak: Gita Ramayudha
Penyelaras
tata letak: Erina Puspitasari
Desainer
Sampul: Jeffri Fernando
Penerbit:
Gagas Media
Cetakan:
Pertama, 2014
Jumlah
hal.: x + 358 halaman
ISBN:
979-780-770-2

Bisa order buku ini di Kobu: http://tokobuku.getscoop.com/products/happily-ever-after
Tak
ada yang kekal di dunia ini.
Namun, perempuan itu percaya, kenangannya, akan tetap hidup dan ia akan terus
melangkah ke depan dengan berani.

Ini adalah kisah tentang orang favoritku di dunia.

Dia yang penuh tawa. Dia yang tangannya sekasar serat kayu, tetapi memiliki
sentuhan sehangat sinar matahari. Dia yang merupakan perpaduan aroma sengatan
matahari dan embun pagi. Dia yang mengenalkanku pada dongeng-dongeng sebelum
tidur setiap malam. Dia yang akhirnya membuatku tersadar, tidak semua dongeng
berakhir bahagia.

Ini juga kisah aku dengan anak lelaki yang bermain tetris di bawah ranjang. Dia
yang ke mana-mana membawa kamera
polaroid, menangkap tawa di
antara kesedihan yang muram. Dia yang terpaksa melepaskan mimpinya, tetapi
masih berani untuk memiliki harapan…

Keduanya menyadarkanku bahwa hidup adalah sebuah hak yang istimewa. Bahwa kita
perlu menjalaninya sebaik mungkin meski harapan hampir padam.

Tidak semua dongeng berakhir bahagia. Namun, barangkali kita memang harus cukup
berani memilih; bagaimana akhir yang kita inginkan. Dan, percaya bahwa akhir
bahagia memang ada meskipun tidak seperti yang kita duga.

***

“…,
bagaimana caranya mempersiapkan diri 
untuk kehilanga orang yang paling kita sayangi? Nggak akan pernah ada
moment saat kita siap untuk hal semacam ini.” (hal. 268)

Novel
Happily Ever After ini bercerita tentang seorang remaja yang sejak kecil
mengakrabi dongeng. Lucia Surya, akrab disapa Lulu menjalani kehidupan yang
berbeda dari remaja lainnya. Di awal masa ia menjadi siswi sekolah menengah
atas, ia harus menghadapi banyak hal. Saya bahkan menyebutnya sebagai cobaan
yang bertubi-tubi.
Kehilangan
sahabat, Karin, dan kekasih, Ezra, di waktu yang sama sebab keduanya malah
mengkhianatinya dengan menjalin kasih di balik punggungnya. Menjadi anak yang
mengalami penindasana (bullying) yang
bahkan ikut dimotori oleh Karin. Harus melihat kedekatan Karin dan Ezra di
sekolah. Itu jelas bukan hal yang mudah dihadapi oleh seorang remaja.
Syukurlah, keakraban Lulu dengan dongeng, buku, dan ayahnya membuat Lulu tumbuh
menjadi perempuan yang kuat. Ia mampu berdiri sendiri meski dianggap berbeda.

“Setiap
individu pada dasarnya berbeda satu sama lain. Tapi banyak orang cenderung
menutupi keunikan mereka agar bisa serupa dan sesuai dengan orang lain, agar
bisa diterima oleh masyarakat.” (hal. 45)

Namun
cobaan itu kemudian menjadi terasa berat untuk ditanggung saat mendapati bahwa
ayahnya mengidap kanker hati, Hepatoma, atau hepatocellular carcinoma. Seketika itu juga, kehidupan dalam
keluarga Lulu berubah.

“Kanker
itu mimpi buruk buat semua orang, sesuatu yang bikin hidup berhenti begitu aja.”  (Hal. 85)

Kondisi
ini memaksa Lulu menjadi semakin dewasa. Membuat Lulu merasa harus tegar dan
bahkan mengabaikan semua penindasan yang dialaminya dengan lebih berfokus pada
kondisi ayahnya.
Hingga
suatu hari ia berkenalan dengan Eli, seorang remaja yang mengidap kanker otak.
Laki-laki yang memperlihatkan sebuah optimisme pada Lulu. Mengajari Lulu untuk
menghargai setiap detik yang dimilikinya terutama setiap waktu yang tersisa
untuk dia habiskan bersama ayahnya.

“Ini
memang salah satu resiko yang dibawa sama orang sakit, Lu. Setiap detik
berharga. Setiap moment penting. Dan, lama-kelamaan, seseorang yang sakit akan
paham bahwa orang-orang takur berada di sampingnya. Takut ketularan, takut
merasa sedih, takut ditinggalkan, takut kehilangan. Lalu, mereka akan mulai
menghindar. Pada umumnya, orang-orang punya insting defensif –sebelum ditinggalkan,
mereka akan meninggalkan lebih dulu. Itu juga risiko jadi orang sakit –
kehilangan orang-orang di sekitarnya.” (Hal. 127)

Setelah
itu, cerita bergulir. Tentang bagaimana Lulu dan Bundanya menghadapi kondisi
sang ayah. Serta bagaimana Lulu belajar melepaskan cinta pertamanya dan juga
bersiap mengahadapi kehilangan (kembali).
Kisah
dalam Happily Ever After, mengajak pembaca menyadari bahwa dongeng memang
memberi kita mimpi. Namun bukan berarti itu hanya angan belaka. Sebab kadang
kita perlu percaya tentang akhir bahagia untuk bisa bertahan menghadapi
tantangan hidup.

“Jatuh
cinta itu gak pake milih, Zra. Nggak milih waktu yang tepat atau momen yang
pas. Tahu-tahu, kamu udah jatuh cinta. Kalau kamu beruntung, kamu akan tahu
begitu saja. Kalau kamu beruntung, orang itu juga akan membalas perasaanmu.”
(Hal. 106)

***
Dapat kiriman buku dan Kalender dari KoBu (^_^)

“Hidup
adalah sebuah hak yang istimewa, Lu. Karenanya, kita perlu melakukan kewajiban
kita untuk menjalaninya sebaik mungkin.” (Hal. 99)

Membaca
blurb novel ini, saya ragu akan sebagus apa kisah yang bisa diungkapkan
dari  anak laki-laki yang bermain tetris
di bawah ranjang? Tentang “tidak semua dongeng berakhir bahagia”(?). Namun saat
menutup buku ini saya berani berkata, “Saya jatuh cinta pada dongeng yang
dibuat oleh Winna Efendi ini.”
Satu
yang membuatku sangat terikat pada isi dalam novel ini: kedekatan Lulu dengan
ayahnya. Hubungan anak perempuan dengan ayahnya. Sebagian besar anak perempuan
akan menyetujui bahwa laki-laki yang paling mereka sayangi di dunia ini adalah
ayah. Bahwa laki-laki yang paling mampu memahami mereka di dunia ini adalah
ayah.
Saat
membaca apa yang dialami Lulu dan ayahnya khususnya perjuangan mereka melawan
kanker yang diidap sang ayah, membuat saya menangis haru. Mendadak disergap
rindu. Membayangkan bahwa saya berada di posisi Lulu jelas tidak mudah. Kedekatan
saya dengan papa saya jelas sangat mempengaruhi emosi saya saat membaca buku
ini. Tapi sungguh, kemampuan  Winna dalam
menggambarkan emosi dan kekalutan Lulu sangat baik. Bahasanya lugas, namun
bermakna.
Saya
tidak menyangka bahwa novel dengan tokoh anak remaja bisa sangat padat
renungan. Konflik yang disajikan bisa dibilang berat namun diuraikan dengan
ringan oleh Winna. Banyak kutipan-kutipan yang sarat nilai kehidupan di dalam
buku ini. Hm.. meski tokohnya adalah remaja, namun kisah ini bisa memikat semua
kalangan.
Saya
jadi teringat dengan novel The
Fault in Our Stars
. Bedanya, jika di novel itu John Green lebih banyak bermain
dengan pemikiran suram, maka di Happily Ever After, Winna Efendi malah
menampilkan sisi sebaliknya. Berkali-kali Winna Efendi menampilkan sosok Lulu
sebagai gadis remaja yang kuat dan tangguh. Ditambah lagi dengan menggambarkan
sosok Ayah Lulu sebagai laki-laki pejuang dan humoris. Ini membuat Lulu dan
keluarganya tampil sebagai keluarga yang tegar dan bisa mengambil sikap positif
menghadapi semua cobaan yang datang.

“Kadang-kadang
kita cukup beruntung untuk ketemu orang-orang yang baik dalam kondisi yang
buruk.” (hal. 149)
“Nggak
semua cerita punya akhir yang bahagia, Lu. Begitu pula hidup. Bahkan, sering
kali hidup punya kejutan tersendiri.” (Hal. 184)

Ah,
bacaan remaja semacam ini akan membuat remaja Indonesia bisa selalu berpikir
positif. Selain itu, dengan kehadiran potongan-potongan dongeng dan
cuplikan-cuplikan berbagai buku, semoga bisa mengajak remaja Indonesia semakin
suka baca buku. (^_^)v

“Hidup
adalah kanvas kosong; kamu bebas menciptakan 
ceritamu dan menentukan akhirnya. Jadilah arsitek untuk hidupmu sendiri.”
(Hal. 354)

***
http://photos-a.ak.instagram.com/hphotos-ak-xpa1/t51.2885-15/1889142_1526242987641336_1823440468_n.jpg
Sumber foto: Instagram @atriasartika

 Untukmu yang mencintai dongeng, biarkan mimpimu tetap hadir, jangan biarkan dunia menghalangimu.
Sebab
kadang, saat kenyataan terlalu pedih untuk ditanggung, cerita tentang
Pangeran, Ksatria, dan sihir akan membuatmu bertahan dan percaya bahwa
hidup selalu menyimpan keajaiban

***
Berhubung
di novel ini banyak quote yang bagus, aku sertakan aja ya semuanya (^_^). Semoga
banyak manfaatnya.
 “… kenapa 
takut kalah kalau kamu mungkin akan menang?” (hal. 18)

“Dunia
ini penuh kejujuran yang menyakitkan, tapi juga kebohongan.” (hal. 119)
“Aku
percaya, orang-orang yang ditakdirkan untuk ada di sisi kita, pada akhirnya
akan ada bersama kita, Lu. Mereka yang ingin pergi nggak bisa dipaksa untuk
tinggal.” (Hal. 126)

“Di
dunia ini, nggak semua orang dapetin apa yang mereka mau, Mi.” (Hal. 140)

“Size
the day, live in the moment, hope for tomorrow” (hal. 348)