“Hidup
adalah pilihan. Dan hari ini, gue harus memilih apa yang harus gue kejar dan
lakukan di masa depan nanti.” (Hal. 171)


Penulis: Adeliany Azfar
Editor: Anin
Patrajuangga
Desain kover:
Margaretta Devi & Ivana PD
Ilustrator: Mico
Prasetya
Penata Isi: Yusuf
Pramono
Penerbit: Grasindo
Cetakan: Pertama,
Oktober 2015
Jumlah hal.: v + 202
halaman
ISBN: 978-602-375-197-6
Haena
sudah terbiasa mengikuti punggung Tae Joon selama bertahun – tahun. Bagi Haena
perasaan kepada Tae Joon adalah cinta malu – malu yang tak bisa diungkapkan.
Namun,
dia tidak tahu kalau perasaan manusia begitu cepat berubah. Dia tahu Joon tidak
menyukainya, tapi … bagaimana dengannya? Mengapa Haena mendadak ragu saat
Ajisaka muncul dalam hidupnya?
Harusnya,
jantung Haena tidak secepat itu berdebar untuk lelaki lain, ‘kan? Tapi, saat
bersama Ajisaka semua terasa berbeda. Lihat, lihat, bicara tentangnya saja
sudah membuat wajah Haena memerah. Apalagi namanya kalau bukan… jatuh cinta?
***

“Ih,
kadang – kadang wanita memang bisa berubah mengerikan tanpa mereka sadari.”
(Hal. 2)

Novel
I Dream ini bercerita tentang kehidupan Haena yang selama bertahun – tahun
memendam perasaan sukanya pada Tae Joon. Ia menunjukkan perasaan itu namun
tidak bisa menyampaikannya kepada Joon. Setiap hari ia membuatkan bekal makanan
untuk Joon. Membuntutinya. Menatap punggung Joon adalah hal yang sangat
disukainya. Ia tidak pernah memandang dan membuntuti punggung itu.
Hingga
suatu hari ia mengetahui sebuah kenyataan yang meremukkan hatinya. Joon telah menjalin
hubungan dengan Bohwa. Haena mengenal Bohwa. Bohwa adalah gadis yang baik dan
memang layak menjadi kekasih Joon. Lantas bagaimana Haena harus mengobati luka
hatinya?

Mendadak,
muncul sosok baru dalam hidupnya. Ia adalah Ajisaka, tamu yang menginap di
penginapan yang dikelola oleh orang tua Haena. Ajisaka berasal dari Indonesia.
Ajisaka
datang ke Korea untuk mengobati hatinya yang patah akibat perempuan yang
dicintainya yang juga adalah cinta pertamanya akan segera menikah. Ajisaka pun
memutuskan untuk berlibur. Meninggalkan Jakarta. Menjauh dari kemungkinan
bertemu dengan perempuan tersebut.
Dan
bagaimana nasib dua orang yang patah hati ini? Adakah mereka mampu mengobati
hati yang patah? Apakah mereka menjadi pelipur lara bagi satu sama lain?

“Suatu
hari nanti, kau pasti akan tahu apa yang seharusnya kau ketahui.” (Hal. 15)

***

“Ck,
mungkin Bohwa bisa memiliki dada Joon, tetapi punggungnya hanyalah untukku
seorang.” (Hal. 53)

Novel
I Dream terpilih menjadi Pemenang Pilihan dalam PSA 3 untuk kategori Fiksi
Remaja. Sesuai dengan syarat PSA 3, cerita harus bersetting di Korea. Dan
penulis memilih Yangbuk, sebuah kota kecil di Gyeonju, provinsi Gyeongsangbuk
(Hal. 3). Ini tentu menarik, karena penulis memilih kota yang masih kurang
familiar bagi pembaca.
Namun
pemilihan setting tempat ini tepat. Ia menjadi daya tarik tersendiri karena
mengangkat wilayah yang belum banyak dimasukkan dalam novel.
Dalam
novel I Dream ini, penulis menggunakan POV 1 dalam menceritakan kisah ini.
Namun POV 1- nya berasal dari kedua tokoh utama, Haena dan Ajisaka. Ini menarik
dan membuat lebih banyak kesempat untuk mengeksplorasi cerita.
Sayangnya
POV 1 dari sisi Ajisaka masih kurang enak dibaca. Narasinya yang  menggunakan kata “gue” terasa mengganggu.
Lagi pun kesan maskulin dari narasi yang dituliskan dari sisi Ajisaka masih
kurang. Yang terlihat seolah penggunaan “gue” semata yang membuat narasi antara
Ajisaka dan Haena berbeda.
Selain
itu, setting tempat di novel ini kurang ditonjolkan. Setting kurang melebur
dalam cerita. Kalau toh setting cerita di tepi pantai lain di Indonesia seperti
Karimun Jawa pun tidak masalah. Tidak cukup signifikan mempengaruhi cerita.
Tapi
saya suka ide yang dieksplorasi penulis. Kisah tentang cinta pertama dan patah
hati pertama. Tokoh utamanya yang masih remaja tidak digambarkan cengeng. Ia
cukup tegar dan terus berusaha memahami ceritanya. Dan ending cerita menarik
karena membuat Ajisaka membuat pilihan yang cukup berarti.
Oiya,
kalimat – kalimat pembuka setiap chapter cerita selalu menarik. Manis dan sarat
makna. Ini cukup menggugah pembaca. Memunculkan rasa penasaran. Lihat saja
pembuka pertama novel ini yang terdapat di halaman 2:

“Mereka
bilang aku harus terus berjuang untuk cinta sepihakku ini. Kadang, mendapat
terlalu banyak dukungan bisa berubah menjadi beban kalau kau tak berhasil
mewujudkannya.” (Jang Haena)

Manis kan? Quote-able banget kan ya?
Secara keseluruhan,
novel ini cukup enak untuk dibaca kok, Readers 🙂