Penulis                 : Arini
Putri & Yuditha Hardini
Penerbit              : Gagas
Media
Cetakan               : Pertama,
2012
Jumlah hal.         : 291 halaman

Novel ini adalah
salah satu dari jenis Gagas Duet yang dikeluarkan oleh Penerbit Gagas Media. Yakni
dua penulis menulis bersama untuk sebuah buku. Ada hubungan antara kedua kisah
tersebut baik dari segi tema maupun tokohnya.
Dalam Gagas Duet
kali ini masing-masing cerita berjudul “The First Fairytale” karya Arini Putri
dan “The Last Fairytale” karya Yuditha Hardini.  Kedua cerita tersebut mengambil ide yang sama
yakni tentang Cinta Pertama dan Fairytale atau dongeng. Kedua cerita dikisahkan
dari dua bersaudara. Cerita pertama tentang kisah sang adik bernama “Kyra” dan
kisah kedua tentang sang kakak yang bernama “Naira”.
Maka wajar jika
saya menemukan sudut pandang dan gaya penulisan yang berbeda diantara keduanya.
Kisah “The First Fairytale” diceritakan tentang kepolosan seorang Kyra yang
benar-benar bingung menghadapi cinta pertamanya. Kyra adalah perempuan yang
polos dan pemalu. Kikuk menghadapi lawan jenis dan masih percaya pada
dongeng-dongeng. Ia hobi membaca dan membuat komik. Kegemarannya pada Korea dan
semua sikapnya itu memang mewakili “kemudaan” yang dimilikinya.

Dalam “The First
Fairytale” diceritakan tentang Kyra yang diusianya yang keduapuluh tahun, belum
juga pernah merasakan cinta. Belum pernah merasakan debar-debar seperti yang
biasa dibacanya di komik dan novel atau perasaan yang digambarkan dalam drama
Korea yang ia tonton. Hingga suatu hari ia bertemua dengan “Pangeran Sandal
Jepit”nya di halte. Insiden yang kemudian berlanjut menjadi keajaiban yang
dipenuhi degup-degup cinta. Kyra kemudian berhasil mengenal pria yang ia temui
itu, namun semakin ia mengenalnya ternyata ia mengetahui bahwa pria itu telah
mencintai orang lain. Haruskah ia menyerah dan merelakan cinta pertamanya
berakhir begitu saja atau memperjuangkannya? Dilema cinta pertama yang disertai
kebingungan dan kekikukan seorang perempuan muda.
Berbeda dengan “The
First Fairytale”, “The Last Fairytale” lebih dewasa alur ceritanya. Naira tidak
sedang bingung tentang moment jatuh cinta untuk pertama kali tapi tentang
usianya yang sudah mendekati 30 tahun namun masih belum menemukan “the right
one”. Ia terjebak dalam rasa cintanya pada sahabatnya sendiri yakni Kama. 10
tahun pertemanan mereka membuat Naira ragu untuk melangkah lebih jauh yakni
mengakui perasaannya pada Kama. Kama terlalu sempurna sebagai cowok dan
sayangnya Kama seolah tidak melihatnya sebagai perempuan. Kama benar-benar
menganggapnya sebagai sahabat saja. Bagaimana Naira harus bersikap? Haruskah ia
menyerah dan melupakan perasaannya pada Kama demi memenuhi keinginan orang
tuanya yang berharap ia bisa segera menikah?
Buku ini cukup
menghibur untuk dibaca di akhir pekan atau untuk mengisi waktu luang. Kalau
harus memberi nilai pada buku ini dalam skala 1-10, maka ia layak mendapat nilai 8 (^_^)v
Quote   :
“Love is about Falling, not flying. When
you’ve falling in love, you know that someday you’ll feel hutr”
“Chemistry is not guarantee the happy
ending ever after that people looking for. Yang penting dari sebuah hubungan
itu komitmen, bukan cuma perasaan berbunga-bunga yang sering digambarin di
novel-novel roman itu”.