“Pembunuh
sadis suka menyisipkan ejekan kepada penontonnya. Kitalah penontonnya.” (Hal
34)
Ruwi Meita
Sulung S. Hanum & Jia Effendie
akhir: Yuke Ratna P & Idha Umamah
Letak: Wahyu Suwarni
akhir tata letak: Fajar Utami
Sampul: Amanta Nathania
Gagas Media
Pertama, 2015
hal.: vi + 278 halaman
978-979-780-786-3
masih berkeliaran.
Seorang pianis ditemukan mati,
terduduk di depan pianonya, dengan bibir terjahit.
Bola matanya dirusak, meninggalkan lubang hitam yang amat mengerikan.
Rambut palsu merah panjang menutupi kepalanya.
Sementara, otak dan organ-organ tubuhnya telah dikeluarkan secara paksa.
Kulitnya memucat seputih garam.
Bukan, bukan seputih garam.
Tapi, seluruh tubuh sang pianis itu benar-benar dilumuri adonan garam.
Kiri Lamari, penyidik kasus ini,
terus-menerus dihantui lubang hitam mata sang pianis.
Mata yang seakan meminta pertolongan sambil terus bertanya,
kenapa aku mati?
Mata yang mengingatkan Kiri Lamari akan mata ibunya.
Yang juga ia temukan tak bernyawa puluhan tahun lalu.
Kiri Lamari belum menemukan jawabannya.
Sementara mayat tanpa organ yang dilumuri garam telah ditemukan kembali….
“Takkan
habis cinta selama ada perempuan di dunia ini. Takkan habis juga perkara
karenanya.” (Hal. 112)
dibuka dengan sebuah prolog yang menggambarkan karakter awal pelaku yang
memiliki “kegilaan” serta menggambarkan ketakutan korbannya. Setelah itu cerita
berlanjut ke kronologi kejadian penemuan mayat seorang pianis. Dari sanalah
teror itu dimulai.
Lamari baru saja mendapat mutasi dari kantornya. Dari Bojonegoro ke
Surabaya. Kini ia berpangkat sebagai inspektur polisi dua. Kedatangannya ke
kota Surabaya segera disambut oleh kasus kematian seorang pianis perempuan.
Kematian pianis ini cukup sadis sebab mayatnya dibungkus dengan adonan garam
dan organ tubuhnya dikeluarkan agar tidak segera membusuk. Bahkan pelaku
kemungkina besar sudah memperkirakan waktu penemuan mayat tersebut. Dan untuk melengkapi kengerian pembunuh tersebut juga meninggalkan
sebuah simbol.
kematian pianis itu hanyalah awal. Masih ada kematian lain yang sudah
mendekat. Korban berikutnya adalah seorang pelukis. Korbannya pun tetap saja
perempuan. Dan kondisi mayatnya persis sama dengan mayat pianis tersebut.
Sayangnya, waktu penemuan mayat tidak sesuai dengan keinginan pelaku. Panggung
artistik yang digelarnya rusak karena mayat pelukis tersebut terlambat
ditemukan.
korban ketiga muncul. Kali ini seorang juru masak. Ia ditemukan dalam keadaan
telanjang. Dengan tubuh yang dilumuri adonan garam. Hanya saja kali ini ada
perbedaan. Perbedaan pertama adalah kejadiannya buka di Surabaya melainkan di
Yogya dan organ dalam juru masak tersebut tidak sempat dikeluarkan.
sebenarnya ada apa? Kenapa modusnya berubah? Ada apa dengan profesi-profesi ini? Ada
apa dengan garam? Kenapa garam? Dan apa makna simbol yang ditinggalkan pelaku.
“…,
bukankah sebenarnya setiap manusia memiliki kadar kegilaan dalam dirinya? Entah
kecil atau besar. Waras adalah saat semua kegilaan itu bisa dikontrol dan semua
itu memerlukan pegangan hidup. Bagaimanapun, iman dan moral sangat membantu
dalam hal ini.” (Hal. 148)
“Seorang
monster memang lebih berumur panjang dari malaikat. Monster lebih tahu cara
mempertahankan hidup, meski dibinaskan berkali-kali.” (Hal. 260)
saat selesai membaca novel detektif ini, ada rasa bangga yang menyelusup di
dada saya. Pikir saya, “Akhirnya, ada juga novel detektif dalam negeri yang
asyik dan menarik untuk diikuti.” Tanpa sengaja otak saya memutar ingatan
tentang buku detektif terakhir yang saya baca yaitu “Silkworm”. Dan saya
merasa, saya lebih menyukai Misteri Patung Garam. Lebih terasa nuansa
detektifnya.
membaca ini, jangan mengharapkan penuturan ala Sherlock Holmes atau Poirot. Ini karena cerita ini bukan untuk menggiring pembaca menemukan pembunuhnya sebab di pertengahan cerita kecurigaan sudah mengerucut. Yang menarik diikuti adalah proses hingga Kiri Lamari berhasil membuktikan pelaku tersebut.
Selain itu, Kiri Lamari digambarkan sangat manusiawi oleh penulisnya. Kiri Lamari
yang ditampilkannya adalah sosok laki-laki cerdas yang cenderung cool. Ia pun punya masa lalu dan ternyata
dihantui oleh bayangan masa lalu tersebut.
saya merasa ada sedikit ketidak konsistenan dalam penggambaran karakter Kiri
Lamari. Ini karena Kiri sejak awal digambarkan berpembawaan tenang dan
cenderung menyimpan emosinya. Tapi di halaman 64, penulis menggambarkan Kiri
terkikik. Ini seolah menyamarkan citra cool
yang saya bangun di kepala untuk
Kiri. Selain itu saat digambarkan bahwa pipi Kiri memerah karena rayuan manis
Kenes, kekasihnya, saya semakin merasa bahwa sosok Kiri ini jadi kurang
konsisten. Tapi di luar itu semua, saya suka dengan penggambaran Ruwi Meita
atas tokoh Kiri maupun tokoh lainnya.
kehadiran sosok Ireng. Kehadiran sosok ini ternyata sejak awal memang untuk
mewarnai keseluruhan cerita. Sosok Ireng bukan hanya sekedar pelengkap. Ia
adalah penghidup cerita. Seandainya Ruwi Meita tidak menciptakan Ireng, maka
mungkin kesuluruh cerita akan selalu tegang dan jadi terkesan flat.
untuk kasusnya, ini adalah penggambaran yang cerdas. Ide tentang patung garam
ini pun menarik dan saya yakin tidak dilakukan dengan riset seadanya. Dan ini
membuat saya senang membacanya. Sebab saya jadi tahu sebuah informasi baru dan
menarik. Bukankah itu salah satu hal yang menyenangkan yang ditawarkan oleh
kegiatan membaca?
dibuat ikut berpikir tentang pelakunya. Selain itu cara penulis menuturkan
penyelidikan yang dilakukan Kiri membuat pembaca merasa sebagai partner Kiri
sebab ikut mengetahui fakta yang didapatakn Kiri. Tidak ada yang disembunyikan.
Ini yang membuat kesan detektif dari novel ini jadi sangat terasa.
sebuah novel yang bagus. Saya suka dengan ceritanya. Saya suka dengan penutup
kasusnya. Dan juga suka dengan ending cerita yang dipilih Ruwi Meita. Ini
membuat saya jadi tidak sabar untuk menjadi partner Kiri Lamari lagi (^_^)
“Kata
orang, karya anak kecil dan karya seniman terkenal kadang tidak bisa dibedakan.
Hanya saja, seorang seniman punya konsep, sementara anak kecil punya
kebahagiaan.” (Hal. 88)
“Kadang,
apa yang kamu kenakan menujukkan siapa dirimu.” (Hal. 211)
pengumuman tambahan. Nantikan Blogtour Misteri Patung Garam yang akan
berlangsung di My Little Library pada 20 April mendatang. Ikuti juga Blogtour
yang sedang berlangsung di bloghost lainnya.
ikuti blogtournya |
“…,
marahlah, jangan tunda marahmu. Tak selamanya diam itu emas. Ada kalanya, diam
itu berarti sebuah pelarian dan kekalahan. Sebab kamu tak mau tahu atau
memperbaiki.” (Hal. 177)
“Apakah
benar jika penampilan tak selalu sama dengan watak sejatinya?” (Hal. 48)
So do I. Aku lebih prefer buku ini drpd the silkworm. Bukan karena dr segi cerita (sedikit la ya) tp karena silkworm tebelbbangett(agak ilfeel sm buku tebel) btw aku lg currently reading buku ini sih. Sejauh ni sih suka 😉
Wah, semoga suka sampai akhir ya (^_^)
novelnya mbak Ruwi bagus 🙂
ditunggu giveaway-nya…. kirain udah mulai. *terus liat kalendar, takut salah tanggal*
menarik nih, penasaran kenapa pembunuhnya memilih garam ya? tapi ini gak serem-serem amat kan ya mbak? soalnya suka takut klo baca cerita pembunuhan yang penggambarannya terlalu explisit, bikin gak bisa tidur hehehehe
“…, marahlah, jangan tunda marahmu. Tak selamanya diam itu emas. Ada kalanya, diam itu berarti sebuah pelarian dan kekalahan. Sebab kamu tak mau tahu atau memperbaiki.” (Hal. 177)
Aku suka sama kalimat ini, mencerminkan diriku banget. Novelnya bakalan menguras otak kita juga untuk berpikir seperti yang dikatakan Kak Atria. Reviewnya juga bagus Kak Atria. Covernya suka bangett dan misterinya lebih tereksplor. 🙂
Punya tema yang anti-mainstream
Kayaknya novel Mbak Ruwi yang satu ini bakalan seru deh! Pasti bikin deg-degan. Aku masih penasaran sama Kiri. Lihat ilustrasi di Fanspagenya kayaknya sosok Kiri ini anti mainstream.
Aku senang ada novel dengan judul berbahasa Indonesia, soalnya semakin lama aku merasa semakin banyak buku/novel Indonesia yang menggunakan bahasa asing sebagai judulnya… Agak ngenes juga gituh…
Ahh, jadi penasaran… aku selalu tertantang untuk membaca novel-novel misteri dan berbau slasher gini…
Saya sudah baca free sample-nya buku ini di Google Play. Trus jadi makin penasaran deh…
Untungnya cuma 278 halaman. Tidak ketebalan dan tidak ketipisan. Supaya nggak bikin pembaca merasa buku ini malah membosankan karena ceritanya kepanjangan atau kurang ulasan. Dibanding buku terjemahan kan pada tebal-tebal gitu ya. Apalagi ceritanya pake kasus-kasus beginian. Kadang suka bikin lupa hal ini itu berhubungan sama yang mana di part sebelumnya, saking banyaknya kasus. Hehe.
Jadi penasaran deh sama sekuelnya nanti. Katanya mau dibikin lebih oke. Lah, kalo yang ini aja udah dinilai oke banget, gimana sekuelnya nanti ya? Bombastis kah? Aamiin~
Novel genre horror/thriller/suspense dan sci-fi/fantasi memang lagi menarik perhatianku belakangan ini. Yang ini juga jadi salah satunya. 😀
Satu kata untuk novel ini.
P.E.N.A.S.A.R.A.N.
Belum pernah baca novel dengan genre seperti ini karya penulis lokal. Jadi bertanya-tanya, dengan metode yang bagaimana Kiri Lamari mengungkap kasusnya, apakah ala-ala Poirot dgn 'sel-sel otak kelabu' nya atau metodenya Miss Marple yang sering mencari petunjuk dari pengalaman dan cerita-cerita dalam hidupnya atau layaknya Holmes ? Beneran deh yaa, penasaran saya. Hehehe 🙂
btw, sepertinya saya punya 'crush' baru nih, Kiri Lamari (karakternya cool kan? – gampang lemah sama pemuda cool) trus curcol #abaikan 😛
Wah, pembunuhan berantai ya ^_^ aku suka baca novel mystery kaya gini, apalagi kata kak atria berbeda dari sherlock holmes, mungkin ini versi ringan nya ya ^_^ karena menurut aku perkataan di novel sherlock holmes itu terlalu berat, mungkin karena terjemahan kali ya. Dan yang bikin aku bangga itu karena ini novel indonesia, yeeey ^^ jarang banget novel indonesia bergenre thriller yang bagus gini, tanpa ada unsur hantu hantuannya pula (ga ada hantunya kan ya/?)
Penasaraaaan sama novel ini, semoga aja menang giveaway nya hihi, amiiin 😀
Pas pertama kali baca review di blog Kak Luckty, saya tidak pernah tahu ada karakter Ireng. Dari review inilah saya tahu ada Ireng. Sayangnya, Kak Atria pelit informasi soal Ireng. Ireng cuma dikatakan "penghidup cerita", lha terus dia sebenarnya statusnya apa dalam novel ini? Rekan kerja Kiri? Atau sahabat? Atau orang ketiga dalam hubungan Kiri-Kenes (tapi ga mungkin sih kayaknya)? 😐
Nah, kan, jadi penasarannya nambah dari cerita misterinya malah ke tokoh-tokohnya…..
Langsung penasaran tingkat dewa sama novel mbak Ruwi. Secara memang penggemar kisah Horor dan Thriller sama berbau misteri. Sebagaimana digambarkan dalam review ini. Bahwa dalam novel ini akan selalu ada kejutan membuat deg-degan, Pasti bisa membuat m pembaca merasakan misteri seolah mengalami sendiri.
Maaf tadi salah komen yang di blogtour hehe
Seorang monster memang lebih berumur panjang dari malaikat. Monster lebih tahu cara mempertahankan hidup, meski dibinasakan berkali-kali, wah harus nyonto monster saya, kan nggak pantang nyerah 😀
Kaya dibikin ikan asin aja pake garam, tapi versi manusia, ada review ini bukan cuma penasaran sama Misteri Patung Garam, tapi semua novel yang pernah dibuat mbak Ruwi yang namanya baru aku kenal 🙂
hoo iya mb itu dibinasakan atau dibinaskan ya? #cmiiw hehe
nikmatus s
@nikmatusai
nikmatusai@gmail.com
kalau misteri patung garam akan difilmkan di indonesia, siapa yang cocok mendapat peran Kiri lamari?
Covernya hitam legam dengan sesosok perempuan berambut merah cukup bikin aku penasaran ending kisahnya. Selain itu dari sesi wawancara juga dikatakan, bahwa mbak ruwi hanya sehari membuat outlinenya dan langsung ACC..well pasti novel ini memang bagus 🙂
review buku itu bagaikan gerbang istana yg megah.. gerbangny aj udh kerenn.. apalagi istananya?
Sm sprti buku Misteri Patung Garam ini, dliht dr reviewny aj udh bagus, apalagi isinya coba? pasti akan jauh lbh bagus.. so excited
pertama melihat covernya di sebuah blog buku, saya langsung jatuh cinta dan penasaran dengan bukunya. membaca sinopsis disini bikin saya tambah mupeng, pengen punya bukunya.. ceritanya menarik.. dan ini novel detektif pertama buatan penulis dalam negeri yg saya ketahui.
Meskipun belum baca novelnya udah bisa merasakan ketegangan dari review Mbak Atria. Bikin makin pengen baca, apalagi ada penyelidikan kasusnya yang mengingatkan sama Sherlock Holmes. 😀 Penasaran sama misteri di buku ini dan cara penyampaian Mbak Ruwi sampai Mbak Atria punya pendapat kalau nuansa detektifnya terasa banget.
Aku tahunya garam buat masak dan biasa aku buat percobaan di lab ternyata garam bisa menyeramkan juga….. Novel yang wajib dibaca ^^ Thanks reviewnya kak ^^
OMG.. Abis baca reviewnya jadi makin penasaran. Keren bangeeet.. Mau dong mbak gift nyaa *kodekeras
OMG.. Abis baca reviewnya jadi makin penasaran. Keren bangeeet.. Mau dong mbak gift nyaa *kodekeras
Barusan baca review novelnya agak shock juga terkagum-kagum. Novelnya keren banget! Aku baru baca kali ini (Baru reviewnya sih…) novel indo tentang detektif, ternyata ada juga ya? Selama ini cuma tau novel detektif dari luar hehe…
Selama ini tau novel detektif itu tuh dari luar, jarang gitu nemu yang karya Indo. apalagi ceritanya bener-bener 'berani', bikin jiwa ke-penasaran aku bangkit seketika ke ubun-ubun hoho..
Ga tau kenapa. Suka ser-seran kalau baca novel detektif. Nah, kali ini dari tangan kreatif Indonesia. Huh, penasaran. Kudu nyingkirin WishList lain nih. Hihi. Pantesan banget Penerbit Malaysia pada ikut ngelirik. Top deh. Sukses #MPGgoestoMalaysia