Hati
seorang laki-laki
bukanlah hati
jika tak dicintai seorang perempuan
Hati
seorang perempuan
bukanlah hati
jika tak mencintai seorang laki-laki
Namun,
hati laki-laki dan perempuan yang saling jatuh cinta
bisa lebih menyulitkan daripada tidak punya hati
karena paling tidak, kalau kau tak memilikinya
hatimu tidak bisa mati saat tercabik
(hal. 196)
18367746
Judul
terjemahan: Titik Mundur
Penulis:
Collen Hoover
Alih
Bahasa: Shandy Tan
Editor:
Ambhita Dhyaningrum
Desain
sampul: Edward Iwan Mangopang
Setting:
Anton M
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan:
Pertama, 2013
Jumlah
hal.: 352 halaman
ISBN:
978-979-22-7876-7

Berhasil
melewati guncangan kematian, patah hati, dan belitan takdir, membuat Layken dan
Will yakin hubungan mereka akan baik-baik saja. Tetapi kejadian tak terduga
menghancurkan segala harapan hingga memaksa mereka untuk mundur dan berpikir
ulang tentang komitmen. Layken dan Will terpaksa memilih jalan sulit dan
menyakitkan… mereka harus berpisah.

Will tidak rela melepaskan Layken begitu saja. Ia bertekad membuktikan
kesungguhan cintanya dengan satu-satunya cara yang ia yakini dapat merebut
kembali hati Layken… dengan puisi. Saat keadaan mulai membaik, cobaan lebih
besar datang, cobaan yang tidak hanya bisa mengubah kehidupan mereka, tapi juga
orang-orang yang bergantung pada mereka. Kali ini, bahkan puisi pun tak bisa
mengembalikan Layken dalam hidup Will.

 

***

“Jika
memang ada hal yang kupelajari sepanjang minggu ini, yaitu bahwa aku membenci
jarak. Jarak sungguh menyebalkan.” (hal. 189)

Kisah
cinta Layken dan Will kembali hadir. Setelah sebelumnya di novel Slammed,
Collen Hoover, menuliskan cerita dalam sudut pandang Layken atau yang akrab
disapa Lake, kali ini penulis mengajak pembaca melihat kehidupan dalam sudut
pandang Will.
Dalam
Slammed, huru hara hubungan keduanya terjadi karena sikap Will yang menjaga
jarak serta tanggapan ibu Lake, Julia, tentang hubungan mereka. Maka dalam
Point of Retreat, kisah benar-benar berpusat di dalam kehidupan mereka. Tentang
bagaimana Will dan Lake menjalani peran sebagai orang tua di usia yang masih
sangat muda. Mereka harus menggantikan kedua orang tua mereka merawat adik
mereka satu-satunya yang kebetulan usianya sama dan bersahabat. Kel, adik Lake,
dan Caulder, adik Will, menjadi poros kehidupan mereka berdua. Mereka berbagi
beban dalam membuat keputusan yang tepat bagi sikap kedua adik mereka. Ketika
Kel dan Caulder dihukum akibat tingkah mereka, Will dan Lake harus mampu
mengambil keputusan yang tepat. Mencoba mengubah sudut pandang dari seorang kakak
menjadi orang tua. Namun di saat yang lain, mereka tetap berusaha menjadi kakak
yang bisa diajak bercanda dan bersenang-senang. Hm..sebuah tantangan yang
sangat asing bagi mereka.

Selain
itu, kehadiran Kiersten, gadis kecil yang juga sahabat Kel dan Caulder, menjadi
warna baru yang menyegarkan dalam kisah Will dan Lake. Ibu Kiersten, Sherry,
yang menaruh perhatian pada Will dan Lake pun mengambil peran yang berarti
dalam konflik-konflik yang muncul dalam hubungan dua orang muda ini. Seolah
mengisi sedikit peran orang tua dalam kehidupan Lake dan Will.
Masalah-masalah
yang muncul dalam hubungan Will dan Lake tumpang tindih. Menyuntikkan keraguan
dalam benak Lake. Memantik kekesalan Lake. Mereka akhirnya harus benar-benar
belajar untuk segera dewasa. Harus  mampu
mengendalikan diri dengan baik sekaligus mampu memahami perasaan satu sama
lain.
Sanggupkah
mereka berdua menjalani kehidupan yang berbeda dari yang dimiliki oleh pemuda
lainnya?

“…
kadang-kadang dalam hidup ini terjadi hal yang tidak kita rencanakan. Yang bisa
kulakukan sekarang adalah meresapi masalah ini dan mulai memetakan rencana
baru.” (hal 207)

***

Terkadang,
dua orang harus berpisah dulu untuk menyadari betapa mereka butuh untuk bersatu
kembali. – Pengarang tidak diketahu (Hal. 127)

Jika
ada yang  bertanya yang mana yang lebih
kusukai, “Slammed atau Point of Retreat?”, maka saya akan memilih buku ini. Ini
karena saya lebih menyukai puisi-puisi yang bertebaran di dalam buku ini.
Selain itu, emosi yang ditampilkan oleh tokoh-tokohnya jauh lebih terasa.
Kebingungan-kebingungan
Will tentang pola pikir Lake. Keinginan Will untuk selalu berada di dekat Lake.
Serta perasaan Will saat hubungannya dengan Lake memburuk benar-benar mampu
menampilkan emosi Will sebagai seorang laki-laki. Ini menjadi pencampaian
tersendiri bagi Coolin Hoover. Bukan hal mudah bagi seorang perempuan untuk
bercerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama laki-laki.
Ada
berbagai emosi yang ditampilkan. Ada masanya pembaca diajak tertawa bersama
para tokohnya yang masih muda dan menikmati sejumlah kenakalan kecil. Ada pula
perasaan saat Will dan Lake tidak mampu menahan hasrat mereka satu sama lain.
Serta ada pula keharuan yang muncul Will merasa ia akan kehilangan Lake.
Ah,
tapi saya paling terharu dengan moment saat Caulder membawakan Slam. Ia
menyampaikan tentang semua perasaannya tentang apa yang terjadi dalam hidupnya
dan Will. (T_T)
Sedikit
hal yang menurut saya kurang adalah intensitas puncak utamanya kurang terasa.
Mungkin jarak antarkonflik terlalu dekat. Selain itu, gairah yang muncul di
antara keduanya ditampilkan terlalu terbuka. Jadi rasanya sedikit kurang manis.
Tapi aku suka opening-opening setiap chapter yang dibuat seperti jurnal pribadi
Will.
Dan
satu info tambahan puisi favorit saya adalah yang ada di halaman 103 – 105.
(^_^)

“…,
terkadang peristiwa dalam kehidupan manusia tidak terjadi sesuai urutan
kronologis yang semestinya.” (hal. 336)

***
#puisi inspired by #buku Point of Retreat karya Collen Hoover

Saat isi kepalaku penuh, namun bibirku kelu, maka pena menjadi wakilku

Kadang otakku tak cukup berputar, terlena oleh indahnya parasmu, dan tergagap oleh merdunya suaramu

Hingga saat tiba waktuku sendiri, ku raih kertas & pena, menulis seribu pesan cinta yang takkan mampu ku ucapkan tanpa diracuni malu, merangkai kata dengan terpatah-patah saat amarah terlalu menyesakiku

Saat menuliskannya semua terasa mudah
Sebab aku mempunyai titik mundur tuk menatap kembali langkah kita agar bisa menentukan langkah maju selanjutnya menuju rumah masa depan kita

#PuisiTentangBuku 
#CeritaKita
#Cinta
#jatuhCinta
puisi inspired by Point of Retreat
 Saat isi kepalaku penuh, namun bibirku kelu, maka pena menjadi wakilku

Kadang otakku tak cukup berputar, terlena oleh indahnya parasmu, dan tergagap oleh merdunya suaramu

Hingga saat tiba waktuku sendiri, ku raih kertas & pena, menulis
seribu pesan cinta yang takkan mampu ku ucapkan tanpa diracuni malu,
merangkai kata dengan terpatah-patah saat amarah terlalu menyesakiku

Saat menuliskannya semua terasa mudah
Sebab aku mempunyai titik mundur tuk menatap kembali langkah kita agar
bisa menentukan langkah maju selanjutnya menuju rumah masa depan kita

***
Ada
yang menarik dari buku ini. Jika ada yang mengikuti postingan tentang Secret
Santa 2013 yang saya ikuti tahun lalu, maka tahu dong hadiah yang saya terima
dari Santa. Yup, saya dihadiahi Slammed.
Ha..ha.. iya, seri pertama dari kisah Lake dan Will ini.
Dan
tahun ini, Point of Retreat juga adalah hadiah dari Santa yang baik. Namun
bedanya, adalah saya benar-benar clueless tentang siapa Santa yang menghadiahi
buku ini untuk saya. Padahal tahun lalu saya dengan sukses bisa menebak bahwa
yang menghadiahi saya. Yang menghadiahi adalah Nanny yang baik hati yaitu Bunda
Nannia (Nannia Mini Library)
Tapi
tahun ini?? Santanya lebih pro. Lihat saja ridle yang dikirimkannya padaku di
postingan Riddle
Secret Santa 2014
.
Hiks..hiks..somebody.
Aku udah coba ubek-ubek buat nemu jawabannya. Cuma nemu huruf-huruf acak (-_-“).
Wahai Santa tunjukkanlah dirimu (>_<)