“Pernikahan
bukan akhir sebuah perjalanan. Pernikahan adalah awal perjalanan.” (Hal. 97)


Penulis: Aveus Har
Penyunting: Nunung
Wiyati  Noni Rosliyani
Perancang sampul:
Lukmanul Hakim
Pemeriksa aksara:
Pritameani & Septi Ws
Penata aksara: Archi
Thobias Chandra
Penerbit: Bentang
Pustaka
Cetakan: pertama, Maret
2015
Jumlah hal.: vi + 214
halaman
ISBN: 978-602-291-081-7
Maaf
sayang….

Ini bukan kali pertama aku menolakmu. Aku ingin, tapi aku tidak bisa. Sejak
malam pertama kita yang kulewatkan dengan berkelana ke alam mimpi, sesungguhnya
hatiku didera cemas. Bukannya menyambutmu dengan rona bahagia, aku justru
dihantui rasa bersalah.

Setiap momen itu tiba, melihatmu yang begitu tulus, ingatanku kembali pada
kesalahan terbesarku di masa lalu. Sebuah rahasia yang hingga detik ini tak
berani kukatakan kepadamu. Haruskah kucari dosamu agar kita impas dan kamu bisa
memaafkan aku?

Aku begitu takut kehilanganmu. Pernikahan impian bak cinderela mungkin tak akan
terwujud jika aku menyingkap tabir yang selama ini kututup rapat. Entah sampai
kapan, aku akan bertahan mencurangimu. Maaf…maaf.

***

“Rasanya,
kalimat terakhir itu mengisyaratkan sesuatu. Seorang laki – laki akan
melakukan apa pun untuk menyenangkan wanita yang diinginkannya
. Ya, memang
seperti itulah. Meskipun pada kenyataannya, mereka juga akan kabur setelah
mendapatkan apa yang diinginkannya. Atau, setelah tahu tidak mungkin
mendapatkannya begitu saja tanpa komitmen.” (Hal. 48)

Kehidupan
pernikahan Charista yang diimpikannya bak dongeng yang berakhir happily ever after tidak menjadi
kenyataan. Rasa cemas dan takutnya membuatnya tidak mungkin menikmati manisnya
madu pernikahan.
Ini
karena sebuah kenyataan yang ia sembunyikan dari sang suami, Nathan. Charista
sesungguhnya sudah tidak perawan lagi. Terlena oleh indahnya cinta masa remaja
membuat Charista melepaskan hal paling berharga darinya sebagai perempuan.
Kemudian ia pun ragu bahwa sang suami mampu menerima hal itu.
Tapi
sampai kapan ia bisa menyembunyikan kebenaran tersebut. Sampai kapan dia bisa menolak
menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri seutuhnya?
Kemudian
di waktu yang sama mantan kekasih yang sudah merenggut keperawanan Charista,
Farel, muncul kembali. Farel berkata ingin menikahi Charista. Ia siap menunggu
Charista bercerai dari Nathan.
Namun
apakah itu yang diinginkan Charista? Apakah menikah untuk kemudian segera
bercerai adalah hal yang ingin ia jalani?

“Laki
–laki yang dekat dengan keluarganya akan membuat wanita bahagia. Laki – laki
itu yang sebaiknya kau pilih, Ta.” (Hal. 63)

***

“Cinta
lebih menyerupai gelombang laut yang mengenal pasang surut. Ketika laut tengah
surut, sangat mungkin aku terdampar di pantai. Lalu, bagaimana jika sebelum
laut kembali pasang, pasir telah menguburku hingga terbenam?” (Hal. 183)

Mengetahui
bahwa novel yang jadi pemenang dalam Lomba Novel “ Wanita dalam Cerita” ini
ditulis oleh seorang laki – laki membuat saya cukup terkesan. Penggunaan POV 1
dari tokoh perempuan tentu tidak mudah. Apalagi dalam novel ini sebagian besar
cerita lebih banyak bermain di benak Charista. Ketakutan – ketakutan yang
dirasakan oleh Charista dieksplorasi oleh penulis untuk menghidupkan narasi
cerita.
Charista
ditampilkan sebagai sosok perempuan mandiri dan kuat namun menyimpan sebuah
ketakutan  yang besar. Pemikiran –
pemikiran Charista yang disuguhkan pada pembaca memang amat menyentil. Tentang
posisi perempuan di masyarakat. Tentang keperawanan yang cukup sensitif untuk
dibahas di masyarakat Indonesia. Selama membaca novel ini saya pun berdiskusi
dengan suami. Dan suami saya sendiri termasuk yang menganggap penting hal ini.
Dan dari pendapatnya, “keperawanan memang mempengaruhi perasaan sayang di awal
terbinanya hubungan” tapi ia selalu menutup pendapatnya dengan berkata bahwa,
“semua hal bisa dibicarakan.”
Pembahasan
di dalam novel ini memang menarik, tapi konfliknya hanya berputar di satu titik
saja. Eksplorasi atas hal – hal yang terjadi di kehidupan lain di luar kehidupa
Charista tidak ada.
Selain
itu dalam hal penokohon, karakter Nathan terasa bias ini karena deskripsi
“dugaan Charista” dengan sikap Nathan yang sesungguhnya terasa tidak sejalan.
Tapi tanpa rasionalisasi.
Tapi
saya tetap suka sama novel ini karena isu yang diangkatnya dan saya merasa
penulis cukup berhasil membangun logika perempuan meskipun penulis adalah
seorang laki – laki.

“Begitulah
cinta. Selalu membuat bibir terasa ringan hingga senantiasa ingin tersenyum
pada dunia. Dan, tak ada yang bisa mengobati kerinduan selain pertemuan. Begitu
pulalah cinta. Tidak peduli seberapa sering kecewa, kau akan menaruh harapan
kali ini berbeda.” (Hal. 43)

***
Puisi
yang terinspirasi novel Sejujurnya Aku
Aku
terjebak sepi yang kuhadirkan sendiri
Aku
menghadapi perih yang kugoreskan sendiri
Dan
kini aku harus menghadapi masa lalu yang mengancamku kini
Kebenaran…
Kadang
tak mudah dihadirkan
Namun ketakutan membuatnya semakin berat ditanggungkan
Dan
kini…
Haruskah  aku memberitahumu,
Bahwa sejujurnya aku …
***

“…
perceraian itu bukan pintu keluar ketika kita merasa salah masuk rumah. Sepertinya,
tampak ironis bahwa kita membuat sebuah instansi yang mengurusi pernikahan,
sekaligus mengurusi perceraian. Ini yang barangkali tampak bahwa pernikahan
adalah pintu masuk dan perceraian adalah pintu keluar. Sesungguhnya, tidak
demikian.
Perceraian
adalah emergency exit. Sebuah pintu darurat yang hanya digunakan jika pintu –
pintu keluar lain tidak mungkin dipakai. Biasanya, jika pintu darurat
digunakan, itu tanda tengah terjadi bencana.” (Hal. 203)

***
Giveaway
#RememberSeptember ada lagi nih, Readers. Kali ini disponsori langsung oleh
Bentang Pustaka.
Bentang
Pustaka sudah menyediakan novel “Sejujurnya Aku…” untuk 2 orang yang
beruntung, Readers. Nah, mau jadi yang beruntung mendapatkannya? Caranya mudah
kok. Ikuti saja langkah – langkah ini:
1.  Follow akun twitter @atriasartika dan
@BentangPustaka
2.   Share
Giveaway ini di twitter dalam 2 tweet:

  Tweet pertama isinya begini: “Yuk
ikuti rangkaian #RememberSeptember di blog @atriasartika ini:
http://www.atriadanbuku.blogspot.co.id/2015/09/giveawayhop-rememberseptember.html
” 

-Tweet kedua berisi
link giveaway ini dan mention @atriasartika & @bentangpustaka.  Jangan lupa hashtag #SejujurnyaAku yaaa 
3.  Jawab
pertanyaan berikut di kolom komentar di bawah ya:
Lanjutkan
dua kata “Sejujurnya Aku …” menjadi sebuah paragraf (3 – 6 kalimat)
Sertakan
data diri berupa: nama, akun twitter, dan email juga ya, Readers.
 4. Giveaway ini berlangsung tanggal 15 – 19
September 2015
5.
Giveaway ini hanya untuk yang berdomisili di Indonesia