Karya: Allison Hoover
Bartlett
Penerjemah: Lulu
Fitri Rahman
Penerbit: Pustaka
Alvabet
Cetakan: 1, April
2010
Jumlah hal.: 300
halaman
ISBN:
978-979-3064-81-9
Apa yang sanggup
kaulakukan demi cintamu pada buku?

Bagi John Charles Gilkey, jawabannya: masuk penjara.

Gilkey, si pencuri buku yang tak pernah bertobat, telah mencuri buku-buku langka
dari seluruh penjuru negeri. Namun, tak seperti kebanyakan pencuri yang mencuri
demi keuntungan, Gilkey mencuri demi cinta: cinta pada buku. Barangkali, sama
obsesifnya dengan Gilkey adalah Ken Sanders, seseorang yang menyebut dirinya
“bibliodick” (penjual buku yang merangkap sebagai detektif) dan sangat ingin
menangkap si pencuri. Sanders—seumur hidup menjadi kolektor dan penjual buku
langka berubah menjadi detektif amatir—tak akan berhenti memburu si pencuri
yang mengacaukan perdagangannya.

Mengikuti kedua karakter eksentrik ini, jurnalis Allison Hoover Bartlett terjun
ke dalam gairah dunia buku yang fanatis, hingga akhirnya mendapati dirinya
terjebak di antara orang-orang yang tertarik menemukan harta kekayaan yang
dicuri Gilkey dan seorang lelaki yang ingin tetap menyembunyikan harta kekayaan
itu: sang pencuri itu sendiri. Dengan perpaduan ketegangan, wawasan, dan humor,
Bartlett merangkai permainan kejar-kejaran ala kucing dan tikus menjadi narasi
yang sangat memukau dan memacu adrenalin: tidak saja menunjukkan bagaimana
Gilkey melakukan kejahatannya dan bagaimana Sanders akhirnya menangkapnya, tapi
juga mengeksplorasi romansa buku, keinginan untuk mengoleksinya, dan godaan
untuk mencurinya. Semua kolektor punya cerita tentang bagaimana mereka bisa
jatuh cinta pada buku, begitu juga dengan Gilkey dan Sanders. Dan, Bartlett
meletakkan cerita mereka ke dalam konteks yang lebih besar dari gairah terhadap
buku, pengoleksian, dan pencurian selama berabad-abad.

Mengantarkan pembaca ke dalam dunia obsesi kesusastraan yang luas dan kaya, The
Man Who Loved Books Too Much menunjukkan peran besar buku dalam kehidupan kita,
penghormatan yang menjadikan buku-buku itu tetap dipertahankan, dan keinginan
yang membuat sebagian orang mempertaruhkan apa saja demi memiliki buku yang
mereka sukai.

***
Buku ini saya temukan di Book
Fair Bandung bulan Oktober lalu dengan harga 15ribu rupiah. Tertarik dengan
judulnya, dan blurb buku ini akhirnya
saya pun membelinya. Sayangnya baru pada awal November ini saya bisa membaca
dan menamatkannya. *sedangkan buku Penghancuran Buku dari Masa ke Masa yang
sudah lebih dulu saya baca belum kunjung tamat..maaf (-__-“)*
Diceritakan tentang penulis,
Allison Hoover Bartlett yang meminjam sebuah buku tua yang diterbitkan pada
1630 dari seorang teman yang dititipi oleh saudaranya yang baru saja meninggal
untuk mengembalikannya ke perpustakaan asalnya. Namun ternyata buku tersebut
sudah tidak terdaftar di perpustakaan tersebut lagi. Ini membuat penulis
menganggapnya sebagai buku curian.

Hal ini yang membuatnya tertarik
pada pencurian buku serta dunia buku langka. Awalnya ia tidak paham dengan
“kegilaan” sejumlah orang terhadap buku-buku tua dan bersedia membeli dengan
harga yang sangat mahal hingga ribuan dollar hanya untuk mendapatkan cetakan
pertama dari sebuah buku lama.  Ketertarikannya
ini membuat ia melakukan peneliatian secara menyeluruh tentang kegemaran para
kolektor untuk memiliki buku langka dan juga mengenai pencurian buku.
Penelitian ini membawanya pada
dua tokoh yang memiliki kecintaan pada buku namun memiliki prinsip dan sikap
yang sangat bertolak belakang. Gilkey, adalah seorang pencuri buku yang mengaku
bahwa ia mencuri buku karena kecintaannya pada buku. Di lain pihak ada Ken
Sanders, seorang detektif buku yang merupakan seorang kolektar dan penjual
buku-buku langka.
Namun ternyata semakin dalam ia
memnyelidik dunia perbukuan langka dan mempelajari psikologi Gilkey ada
keanehan dari bentuk kecintaan pria ini pada buku. Ia tampaknya terobsesi untuk
memiliki buku-buku langka nan mahal itu demi sebuah posisi prestisius. Ia
meyakini bahwa dirinya akan dianggap sebagai golongan intelek dan kaya dengan
memiliki buku-buku tersebut. Kecintaan Gilkey pada buku-buku langka dipicu oleh
kehidupan masa kecilnya dan lingkungan tempat ia tumbuh.
Dengan membaca buku ini rasanya menarik
memahami  pikiran-pikiran para kolektor
buku langka. Kecintaan mereka pada buku tua. Sebab sejujurnya saya tidak pernah
paham tentang kecintaan seseorang pada buku yang membuatnya rela mengeluarkan
uang hingga jutaan rupiah demi memiliki sebuah buku tua atau buku langka. Saya
pribadi lebih suka membeli edisi modern jika memang edisi modernnya tersedia.
Buku ini lambat laun  memberi saya pemahaman tersendiri tentang hal
ini. Menarik menemukan bahwa sejarah sebuah buku bisa tercipta dan bahkan
menghilang dalam perdagangan dan pencurian buku. selain itu cukup miris juga
mengetahui bahwa pencurian buku dianggap sebagai bentuk “kriminalitas
kecil-kecilan”. Kepeduliaan kepolisian untuk menindak kasus pencurian buku
tergolong rendah. Ini tentu membuat saya patah hati. Ditambah lagi dengan
informasi tambahan yang banyak saya temukan dalam  buku Penghancuran Buku dari Masa ke Masa,
maka saya semakin sebal dengan para pencuri buku yang membuat sejarah sejumlah
buku menjadi sulit dilacak karena sulit menemukan pemilik pertama buku
tersebut.
Hm jika harus memberi buku ini nilai dalam skala 1 – 10, maka saya memberinya
nilai 8
. Tadinya ingin memberi nilai yang lebih tinggi, sayangnya covernya
agak kurang menarik. Namun bagi saya buku ini sangat informatif (^_^)v
Quote:
“Aku menghabiskan semua uangku untuk membeli buku-buku pada hari itu.
Sampai sekarang aku masih melakukannya. 
Aku semakin tua, semakin botak, semakin gendut, tetapi rupanya tidak
semakin bijaksana”

ya ampun, saya paham tentang hal ini. Tentang betapa sulitnya menahan diri dari
godaan untuk membeli buku (-_-“)
Quote-Quote lain ada yang saya
posting di www.atriasartika89.tumblr.com