Penulis : Icha Ayu
Penerbit : Stiletto
Cetakan : V, Agustus 2012
Jumlah hal. : 176 halaman
Cerita di dalam novel ini dimulai di Bandara saat Kirana harus meninggalkan kota Paris untuk bertolak menuju Jakarta. Kirana yang merupakan mahasiswa Indonesia penerima program short course program di Jenewa-Swiss mencurahkan isi hatinya. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama yakni dari sisi Kirana, penulis mencoba berbagi beberapa hal tentang budaya Barat-Timur.
Dalam novel ini, meskipun Kirana menjlani program short course namun yang menjadi pokok permasalahannya bukanlah tentang masalah-masalah yang dia hadapi selama mengikuti program tersebut, bahasan tentang hubungannya dengan seorang pria Perancis bernama Emmanual (disapa Manu) yang menjadi fokus masalah. Itulah sebabnya cerita dalam novel ini memiliki alur maju-mundur. Dengan memposisikan pusat alur waktu adalah saat Kirana akan kembali ke Jakarta yang berarti harus berpisah dengan Manu, maka pembaca dimudahkan menilai waktu dari peristiwa yang diceritakan. Masa lalu adalah yang terjadi sebelum ia berangkat, dan yang terjadi setelah ia berangkat adalah peristiwa yang terjadi kemudian.
Hubungan Kirana dan Manu adalah hubungan yang penuh perbedaan. Perbedaan tempat dengan jarak 11.369km yang memisahkan mereka tentu saja menjadi sebuah masalah. Perbedaan budaya keduany pun cukup mempengaruhi. Bagaimana keluarga Manu menerima kehadiran Kirana karena bagi budaya Barat, memperkenalkan kekasih mereka pada keluarga tidak berarti bahwa keluarga punya hak untuk menolak atau menerima kekasih mereka tersebut. Keputusan tetap ada di tangan individunya. Keluarga cukup mengenal dan mengetahui saja. Sedangkan budaya Timur khususnya di Indonesia sendiri, keluarga masih punya hak untuk menyatakan persetujuan atas kehadiran kekasih anak mereka. Terutama untuk anak perempuan.
Selain jarak dan budaya, perbedaan agama pun menjadi salah satu penghalang hubungan mereka. Kirana yang beragama Islam jelas terikat pada hukum Islam, dan tentu saja orang tuanya tidak menyukai Manu yang beragam Kristen. Meski sebenarnya Manu tidak percaya agama karena dia menganggap semua ajaran agama itu sama. Itulah sebabnya saat orang tua Kirana menentang hubungan mereka, Manu bersedia masuk Islam. Namun Kirana menolak keputusan Manu. Akhirnya Kirana pun mengambil sebuah keputusan. Namun benarkah keputusan itu? (Baca deh bukunya untuk tau kelanjutannya 😀 )
Saat membaca profil penulisnya, saya menangkap bahwa deskripsi jalan-jalan mengelilingi Eropa yang diceritakan dalam buku ini adalah sebuah kisah nyata yang difiksikan. Ya, itu adalah pengalaman penulis dan kemudian dimasukkan ke dalam buku ini. (Tapi ini hanya tebak2an saya saja lho). Hal ini menghidupakan cerita. Dan membuat buku ini jadi informatif bagi mereka yang ingin berlibur ke Eropa. Sayangnya deskripsi tentang liburan Kirana dan Manu di Indonesia tidak semendetail liburan mereka di Eropa.
Dari segi cerita memang tergolong tidak begitu pasaran. Sedikit yang mengangkat hubungan antara dua orang yang beda negara. Dan saya rasa keberanian mengangkat hal ini perlu diapresiasi. Perkembangan hubungan mereka pun menarik diikuti, sayang dibagian akhir ceritanya kurang “menggigit”. Sebab bagian terakhir lebih banyak diisi oleh narasi.
Tapi untuk keseluruhan sih udah, ok. Sampul menarik, judul juga cukup menarik meski sudah mulai banyak novel yang menggunakan frase musim seperti “winter”, “summer”, “autumn”, dll.
Jadi, kalau harus memberi nilai pada buku ini dalam skala 1-10 maka saya memberinya nilai 8 (^_^)v
Quote:
” pour se melanger c’est facile, il suffit d’etre simple” artinya untuk (bisa) bersatu itu mudah, kita hanya perlu untuk jadi sederhana
Selamat, review ini memenangkan undian IRRC bulan Agustus.
Mohon mengirimkan data diri lengkap ke:
miss_yuska@yahoo.com
Ditunggu ^^
alhamdulillah. Makasih, mbak
data diri saya sudah saya kirim yah
(^_^)
Reviewnya bagus banget Mbak 😀 Berkat review ini, aku jadi pengin masukin buku ini ke tas buku waktu di Gramed #plakk