“Dua
orang normal yang berlainan jenis kelamin tidak bisa hanya bersahabat setelah
sekian lama. Semesta tidak berjalan dengan konsep itu.” (Hal. 60)


Penulis: Rinrin
Indrianie, Ariestanabirah, Delisa Novarina, Puji P. Rahayu, NR Ristianti
Editor: Pradita Seti
Rahayu
Penerbit: Elex Media
Komputindo
Cetakan: Pertama, 2016
Jumlah hal.: 260
halaman
ISBN: 978-602-02-7861-2
Yesterday,
all my troubles seemed so far away (Yesterday, The Beatles)
Seperti
lima nada membentuk sau harmoni lagu, mereka memiliki masalah dan masa lalu
yang bersinggungan.
Shaki,
gadis Palembang dengan masalah korupsi sang ayah.
Zain,
pemuda desa yang gila harta dan terjebak pergaulan hitam.
Tania,
gadis riang yang masa lalunya kelam.
Dandi,
pemuda tampan yang lari dari bayang-bayang masa lalu.
Aline,
pemilik kos yang menyimpan banyak misteri.
Hidup
di tempat tinggal yang sama membuat mereka menyadari bahwa semua punya cerita
di hari kemarin, untuk dibagi di hari ini.
***

“Saya
mengerti, uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan.” (Hal. 56)

Novel
ini bercerita tentang lima orang yang tinggal dalam satu rumah kost dan
memiliki rahasia masing-masing.
Aline
sebagai pemilik kost adalah salah satu hal yang menyatukan mereka. Kekaguman 4
anak muda terhadap ibu kost mereka yang single, cantik dan berusia 35 tahun
cukup terasa di dalam novel. Namun Aline menyimpan rahasianya sendiri. Rahasia
yang membuat Aline terus sendirian tanpa pasangan. Serta sebuah rahasia yang
siap merenggut nyawanya kapan saja.
Ada
Shaki yang harus menanggung beban dari apa yang dilakukan orang tuanya.
Melarikan diri dari kenyataan itu di tanah rantau. Ia meninggalkan Palembang
demi menuntut ilmu di Bandung. Namun bisakah bayang-bayang kelam dari
keluarganya bisa lepas? Atau ia akan kembali dihujat dan dicemooh masyarakat?
Ada
pun Zain adalah “anak kampung” yang datang ke Bandung dan cukup beruntung
karena bisa numpang tinggal di kostan kenalannya. Kesulitan ekonomi yang
dialaminya membuatnya menerima tawaran seorang teman untuk mengisi kostan teman
tersebut (milik Aline) secara gratis. Sayangnya himpitan ekonomi membuat Zain
harus berada di persimpangan. Membuat pilihan yang berat dan menghimpit
nuraninya.
Sedangkan
Tania, gadis ceria yang cerewet dan kritis. Ia hidup dengan aturan yang dibuat
oleh orang tuanya. Selain itu, Tania menyimpan sebuah rahasia. Rahasia yang membuatnya
menutup rapat kisah percintaannya. Ia lebih menikmati kebersamaan bersama
Ferdian, sahabatnya.
Dan
terakhir ada Dandi, laki-laki yang pendiam namun serius. Laki-laki yang
ternyata penuh perhatian ini tertarik pada salah satu teman kostnya. Namun di
saat yang sama ia bimbang sebab kisah cintanya yang pertama sekaligus yang
terakhir meninggalkan luka hati yang belum benar-benar sembuh.

“Bullshit-lah
itu kalau cowok bilang mentingin kepribadian atau kecerdasan atau apalah itu
buat cari cewek. Pasti deh yang pertama kali dilihat adalah cantik atau
enggaknya dulu, body-nya oke atau nggak dulu. Baru deh yang lain-lain
mengikuti.” (Hal. 62)

***

“…
saat menyukai seseorang, meski tahu rasa patah hati itu tidak enak tetap saja
tak henti menyukai. Rasa suka dan patah hati itu saling melengkapi.” (Hal. 149)

Novel
ini ditulis oleh lima orang berbeda yang menulis lima tokoh berbeda. Ada tokoh
Shaki, Zain, Tania, Dandi, dan Aline. Setiap tokoh benar-benar terasa berbeda.
Tidak hanya dalam hal narasi namun kesan yang muncul dari setiap cerita dari
sisi masing-masing tokoh. Ini bisa jadi karena ditulis oleh orang-orang yang
berbeda. Sayangnya, ada beberapa kelemahan dari setiap tokoh. 
Zain:
tokoh ini digambarkan sebagai seorang “pemuda desa” dari Pandeglang. Sayangnya
kenapa narasinya menggunakan “Gua” sebagai kata ganti orang pertama? “Gua”
cenderung tidak sopan dan tidak umum digunakan di masyarakat di luar Betawi. *silakan dikoreksi jika saya salah*
 
Aline:
penggambaran atas tokoh ini terkait skillnya menampilkan bahwa ia adalah
perempuan yang hebat dan menguasai beberapa bahasa asing. Sayangnya ini menjadi
kontradiktif karena ternyata tokoh Aline ini tidaklah sehebat yang digambarkan
oleh tokoh lainnya karena tidak pernah melancong ke negara lain. Sebab
logikanya, orang seberkualitas Aline selayaknya pernah mendapatkan kesempatan
mencicipi kehidupan di negara lain.
Shaki: tokoh
ini yang paling kompleks psikologinya. Sayangnya dibeberapa bagian seperti
terkait serangan panik masih belum dijelaskan dengan baik.
Dandi: tokoh
ini bisa jadi yang paling simple masalahnya namun digambarkan paling misterius.
Jadi terkesan kontradiktif. 
Tania:
tokoh ini cukup aneh dalam menghadapi masalahnya. Jika memang masa lalunya
sesuram itu kenapa masih bersahabat dengan Ferdian, orang yang punya kaitan
langsung dengan masa lalu yang ingin dia hindari? Rasanya jadi kurang pas. Dan
Ferdian jika tahu masa lalu itu kenapa masih membiarkan Tania menghadapinya?
Sedikit
tambahan, eksplorasi atas kota Bandung masih sedikit. Dan sedikit yang ingin
saya luruskan. Di halaman 226 tertulis tentang Dago Pakar dan Tahura Djuanda.
Dago Pakar adalah nama daerahnya, buka sebutan buat tempatnya. Tahura atau
Taman Hutan Raya Djuanda adalah salah satu tempat yang terdapat di Dago Pakar
ini.
Tapi
di luar semua kekurangan itu, buku ini jadi menyenangkan dibaca karena
perbedaan karakter tokoh-tokohnya. Ada Tania yang ketika membaca cerita dari
sudut pandang dia kesannya dunia itu ceria; Zain yang ketika membaca dari sisi
dia kita bisa bersikap santai dalam hidup; Shaki, tipe perempuan banget; dan tokoh lainnya.
Oiya,
novel ini mengajak kita untuk mengenal lagu-lagu The Beatles. Juga mengenal sepenggal kehidupan di Bandung. Ah, jadi
kangen pada Kota Bandung yang baru saja aku tinggalkan. Tinggal cukup lama di
kota itu membuatku memahami bahwa Bandung memang bukan hanya tentang tempat. Ia
adalah rumah bagi kenangan. Ia panggung bagi banyak kehidupan termasuk
kehidupanku sendiri.

“Bercinta
adalah prosesi sakral yang seharusnya dirahasiakan. Saya tidak bisa mengerti
keinginan absurd manusia yang membuat rekamannya segala.” (Hal. 67)

***

“Berkorbanlah
sedikit. Perempuan suka pada laki-laki yang mau berusaha lebih keras untuknya.”
(Hal. 126)
Sudah
baca review di atas? Masih kurang lengkap? Nah, kamu bisa membacanya sendiri,
Readers. Kenapa? Karena salah seorang penulisnya membisiki saya bahwa dia sudah
menyediakan satu novel Yesterday in Bandung untuk satu
orang pemenang.
Kamu
mau mendapatkannya, Readers? Caranya mudah. Yuk ikuti langkah ini:
1.
Jawab pertanyaan ini di kolom komentar

“Pernah ke
Bandung? Apa pengalamanmu yang paling berkesan? Jika tidak pernah, coba ceritakan
bayanganmu tentang kota Bandung, Readers”

Jangan
lupa sertakan data diri berupa nama, akun twitter atau akun instagram, dan
email kamu.
2.
Share giveaway ini dengan ketentuan berikut:
Via Twitter:
follow akun twitter @ariestanabirah dan @atriasartika. Kemudian share link Giveway
ini dengan hashtag #YesterdayInBandung dan mention kedua akun tersebut.
Via Instagram:
follow akun instgram @atriasartika. Repost banner atau e-poster Giveaway #YesterdayInBandung
yang ada di akun @atriasartika. Sertakan link blogpost ini dalam caption. Tag
akun @atriasartika. Ingat, tag ya, bukan mention 🙂 
3.
Giveaway ini hanya berlangsung 5 hari dari tanggal 3 – 7 Maret 2016
4.
Giveaway ini hanya untuk yang berdomisili di Indonesia
5.
Pengumuman pemenang akan saya posting di twitter atau IG (tergantung yg
terpilih jadi pemenang pakai medsos apa dalam mempromosikan GA ini) 
“Mungkin
kalau saja kita dapat membaca pikiran orang lain, kita akan hidup damai dan
tentram. Setiap detika yang kita lalui akan sangat menyenangkan. Dan yang
pasti, hidup kita akan sangat ramai. Ramai itulah, yang menjadi pertanyaan,
apakah kita bahagia atau tidak?” (Hal. 129)